Sabtu, 12 Mei 2012

Phobya Sahyla

Hujan mengalir deras. Bulir-bulirnya seperti kembang api. Indaaah banget. Seketika dedaunan bsaah sambil bergoyang-goyang dijatuhi tetsan air hujan. Danterciptalah sumur-sumur kecil di atas tanah.
Sahyla dan Hengky merapat ke pinggir jalan, menjadi tempat untuk berteduh. Untungnya di pinggir jaan saat mereka diserang hujan ada sebuah pohon yang rindang. Pohon yang pas banget dipakai sebagai tempat istirahat nunggu hujan berhenti. Sahyla dan Hengky pun berteduh di bawahnya.
Sahyla melipat tangan di depan dada. Dingin banget. Sesekali cewek berlesung pipit ini menengaah ke langit. Melihat langsung rintik-rintik hujan dengan cermat. Indah.
Tiba-tiba Sahyla merasakan kehangatan. Dengan terepranjat, Sahyla menoleh ke samping, ke arah Hengky.
Hengky tersenyum sambil membenarkan jaketnya yang baru saja diletakkannya di tubuh Sahyla.
Sahyla tersipu malu, “Makasih,” ucapnya.
Kebiasaan menjadi bahasa diantara sepasang insane itu. Keduanya sibuk dengan pikirannya masing-masing.
“Sahyla….” Hengky menggantung kalimatnya.
“Iya?” Sahyla memberanikan diri untuk menatap Hengky.
“Kayaknya hujannya bakalan lama deh.”
Ada raut kecewa di wajah Sahyla. Tadinya Sahyla piker, mungkin Hengky akan mengatakan sesuatu yang istimewa. Lalu Sahyla sadar….
“Sahyla….” Hengky mencoba mengulang kalimat yang benar-benar ingin diutarakannya. “Loe tau gue gak puitis karena gue emang bukan pujangga. Gue gak bisa nyiapin kata-kata yang indah buat ngungkapin perasaan gue ke loe.”
Dug! Ada getar yang berbeda di dalam dada Sahyla. Sahyla tau, Hengky memang suka bercanda. Tapi, gak pernah bercanda sampe bawa-bawa perasaannya seperti ini. Dan kali ini, cara bicara Hengky juga beda. Mungkinkah kali ini Hengky akan mengatakan sesuatu yang serius?
“Gue__ sayang__ sama loe__ lebih dari temen.”
Sahyla terhenyak. Hujan turun semakin deras, ikut memacu detak jantungnya.
Perlahan Hengky memegang kedua bahu Sahyla, mengajak cewek manis itu berhadapan dengannya. “Gue berani ngomong kayak gini karena gue lihat di mat aloe juga ada cinta buat gue.”
Sahyla menundukkan kepalanya. Saat-saat seperti inilah yang diharapkannya sejak mulai menyukai Hengky. Tapi, tidak pernah terpikir sebelumnya, ketika saat itu tiba, Sahyla malah merasa agak takut. Entahlah, kenapa bisa merasa takut? Sahyla mencoba tak menghiraukan ketakutannya dan memikirkan hal-hal bahagia yang bisa dilakukannya bersama Hengky.
Kemudian, Sahila mencoba membalas tatapan Hengky yang sedari tadi sudah menunggu jawabannya. Seolah Sahyla ingin menemukan segores kejujuran di balik mata itu.
“Gue….”
Belum selesai Sahyla dengan kalimatnya, dirasakannya Hengky menggenggam lembut kedua tangannya. Cowok itu mengumbar senyum termanis yang dimilikinya.
Hujan terus berlanjut. Di t elinga Sahyla, bunyinya seperti nyanyian yang indah tentang cinta. Kini seluruh tubuhnya pun dijalari oleh kehangatan rasa bahagianya.
Sementara itu, Hengky tersenyum puas. Cowok ini telah mendapatakan apa yang diingankannya. Dan Sahyla tidak termasuk di dalamnya.
*****
Saat ini hujan telah menjadi momen terindah dalam hiduyp Sahyla. Di tengah derasnya hujan, Sahyla telah menemukan terbalasnya cinta yang selama ini dipendamnya. Hengky, cowok yang selama ini telah mengisi kekosongan di kesendiriannya, kini telah menjadi kekasihnya. Nama Hengky terukir indah pada lukisan terindah yang berada di hatinya.
Tapi, sejak hari itu, hari pertama yang menyaksikan sungai kecil mengalir dari mata Sahyla…. Sesuatu yang tidak pernah terjadi di dalam hidupnya. Sahyla menangis karena seorann cowok. Cowok yang disayanginya telah menorehkan luka di hatinya. Luka yang begitu perih. Hingga kikni p[un belum terobati sepenuhnya.
*****
Hujan kembali membasahi bumi. Udara yang begitu dingin. Rasanya hanya ingin membenamkan diri di dalam kamr, berlindung di bawah selimut yang hangat. Namun, tidak begitu dengan Sahyla. Ketika mama menyuruhnya untuk membeli gula pasir, Sahyla segera pergi kelur rumah dengan senang hati.
Sahyla pergi ke warung yang letaknya tak jauh ari rumahnya. Dengan memakai paying, Sahyla melangkah sambil bersenandung ria. Di tengah jalan, Sahyla melihat pemandangan yang tidak pernah terlintas di benaknya. Sekalipun hanya setitik.
Di depan sebueah toko yang sedang tutup, sepasang kekasih yang sedang berteduh dengan mesranya. Si cowok merangkul ceweknya, berharap dapat berbagi kehangatan. Dan ceweknya bersandar dengan manja. Keduanya tampak sangat bahagia.
Sedangkan Sahyla berharap apa yang dilihatnya itu tidaklah nyata. Cowok itu Hengky. Benarkah itu dia? Dengan ragu dan hati-hati, Sahyla menghampiri sepasang keksaih itu.
Sahyla melangkah semakin mendekat. Betapa terkejutnya dia, hingga payungnya terlepas dari tangannya. Benar. Cowok itu memang Hengky, cowok yang abru satu minggu inimenjadi kekasihnya.
Sedangkan Hengky sama sekali tidak terkejut saat menyadari kehadiran Sahyla.dia sama sekali tidak mempedulikan kehadiran gadis itu.
“Hengky….” Sahyla membuka mulutnya dengan mata berkaca-kaca.
“ada apa?” tanya Hengky sinis tanpa menoleh ke arah Sahyla.
Justru gadis berambut panjang itu yang menoleh kea rah Sahyla.
“Elo….” Sahyla tidak sanggup melanjutkan kalimatnya. Sahyla hanya mampu memandangi cewek yang masih di pelukan Hengky itu.
“Oh, kenalin, ini Mirella, cewek baru gue,” kata Hengky cuek. “Dan Mirella, ini temen sekolah aku.”
“A__ Apa?” sahyla tersentak. Hatinya rasanya perih banget.
Cewek yang bernama Mirella itu tersenyum sambil mengulurkan tangannya, “Mirella.”
Tapi, Sahyla tak menyambutnya. Sahyla hanya bisa terdiam dalam kesedihannya.
“Loe kenapa? Kelihatannya loe lagi bad mood deh, mending loe pulang aja,” ujar Sahyla.
Hengky…. Jadi, benar kata-kata Andien selama ini. “Loe jangan percaya gitu aja sama Hengky. Sebelum pacaran, loe harus tau dulu gimana dia yang sebenarnaya. Gue denger, Hengky itu suka gonta-ganti cewek.”
Saat itu, Sahyla hanya tersenyum tidak percayapada sobatnya itu. Kaena baginya, Hengky adalah cowok yang terbaik. Udah gitu tampan, keren, dan romantis lagi. Tapi, sekarang Sahyla baru menyadarinya. Ternyata Hengky tak sebaik yang dikenalnya selama ini.
Sahyla masih berdiri terpaku dengan aliran sungai kecil yang tak berhenti mengalir dari matanya. Sahyla masih belum bisa menerima kenyataan pahit ini.
Sahyla terluka di kali pertama merajut kasih sayang dengan cowok. Padahal Sahyla benar-benar menyayangi Hengky. Sangat menyayanginya.
“Koq masih di sini? Pulang gih daripada nanti loe sakit.” Ucap HEngky dengan manis.
“Sayangku, kamu baik banget sih sama orang lain,” puji Mirella.
Hengky tersenyum pada Mirella.
Sahyla menatap Hengky dengan tajam. Ada berates kekecewaan, beribu kesedihan, dan berjuta kepedihan yang terpancar dari sorot matanya. Cowok, kejam banget sih.dengan mudahnya seorang cowok seperti Sahyla menghancurkan hati Sahyla.
Sahyla pun berlari pulang ke rumahnya. Kejadian itu telah membuatnya lupa dengan tujuan utama keluar rumah sore itu. Bahkan Sahyla juga lupa membawa payungnya. Cewek sederhana ini terus berlari di tengah derasnya air hujan. Tetsan air matanya pun menyatu dengan tetesan air hujan.
*****
Kejadian hari itu benar-benar telah mengubah hidup Sahyla. Dia jadi phobia dengan hujan dan cowok. Karena cowok adalah makhluk yang begitu kejam yang tega menyakitinya. Dan hujan__ entahlah. Mungkin karena saat itu hujan yang telah menyaksikan kejadian itu. Sejak saat itu, Sahyla selalu bersikap jutkek pada setiap cowok. Dan gak jarang tementemen ceweknya menganggapnya cewek aneh.
Hanya Andien yang selalu berada di sisinya. Andien adalah sahabat yang sangat mengerti dirinya. Begitu juga sebaliknya. Karena rasa sayangnya kepada sobatnya itu, Andien selalu berusaha untuk mengobati phobia yang diderita Sahyla.
*****
Setahun kemudian.
Peristiwa di tengah derasnya hujan itu telah menjadi kenangan terburuk bagi Sahyla. Setelah hari kelulusannya di SMA. Sahyla gak pernah lagi bertemu dengan cowok playboy yang berhati batu itu.Kini, sudah tiga bulan Sahyla menjadi mahasiswi di sebuah universitas negri di kota tempat tinggalnya itu.
Jam sudah menunjukkan pukul empat sore dan sudah sejak satru jam yang lalu perkuliahan hari itu telah berakhir. Tapi, Sahyla belum beranjak dari tempat duduknya. Karena di luar sana kembali terjadi perang hujan yang cukup deras. Dan Andien dengan setia menemaninya. Meski mereka hanya saling diam. Andien tau, saat ini phobia cowok dan hujan yang dialami Sahyla, kumat lagi.
Sahyla duduk bersandar di kursinya dengan tatapan kosong.
Di sisi lain ada seorang cowok yang sedari tadi tak berhenti memperhatikan Sahyla. Cowok yang tertancap panah amor di hatinya sejak pertama kali bertemu dengan Sahyla. Nizar. Cowok itu bukan seseorang gak gampang menyerah.diantara cowok-cowok yang menyukai Sahyla, hanya Nizar yang tidak pernah menyebut bahkan sampai menegjek sikap cuek Sahyla pada cowok.
Nizar selalu berusaha mencari tau tentang Sahyla. Dan Andienlah tempat konsultasinya. Tentu saja Andien bersedia menolong cowok itu. Karena Andien juga melilhat ketulusan yang dimiliki oleh Nizar untuk Sahyla. Selain itu, Andien juga gak ma uterus-terussan melihat sobatnya itu larut dalam kesedihan di masa lalunya. Dan semoga kehadiran Nizar bisa mengobati luka di hati Sahyla.
Nizar juga telah mengetahui tentang phobia Sahyla, cowok dan hujan. Karena itu, NIzar selalu hati-hati dalam menjalankan PDKT-nya sama Sahyla.
“Sahyla, koq belum pulang?” Tanya Nizar setealh duduk di depan Sahyla.
Sahyla tak bergeming.
“Sebelumnya gue minta ma’af nih. Loe lagi sedih, ya?”
Sahyla memandang Nizar dengan marah tanpa bicara.
“Sahyla, semua orang punya masa lalu. Ada yang pahit, ada juga yang manis. Loe pasti bakal jatuh kalo terus-terus jalan sambil melihat ke belakang. Masa lalu yang pahit itu bukan untuk ditangisi. Tapi, menjadi pembelajaran agar kita tak mengulangi kesalahan yang sama lagi.”
Sahyla langsung melototin Nizar. “Apa peduli loe!? Dasar cowok! Semuanya sama, selalu merasa dirinya lebih hebat dari cewek. Seenaknya menyakiti hati cewek!” bentak Sahyla.
Adu__ Phobyanya parah banget.
Andien mendengus sedih dia sudah sering menasehati Sahyla tentang yang satu ini. Tapi, nasehatnya itu belum juga bisa menyembuhkan phobia Sahyla. Mungkin hanya sesuatu yang murni dantulus yang bisa mengobatinya. Cinta sejati. Andien berharap Nizar bisa memberikannya pada Sahyla.
“”Gue peduli sama loe, Sahyla.”
“Peduli? Sekarang loe bisa bilang peduli! Semua orang juga bisa bilang peduli. Udah deh. Kita gak punya urusan. Mending, sekarang loe pergi! Gue pengen sendiri.”
Nizar mengerti kenapa Sahyla sampai bersikap seperti itu. Ini pasti karena luka yang ditorehkan oleh cowok itu terlalu perih bagi Sahyla. Sehingga Sahyla gak mau sampai mengalami hal yang sama lagi. “Siapa bilang gue gak punya urusan sama loe! Nizar balas membentak Sahyla.
Sejenak Sahyla terperanjat. Begitu pula dengan Andien.
“Gue gak mau lihat loe sedih terus. Apalagi hanya karena cowok playboy.”
Andien tersenyum. Ini cara Nizar. Dia mengerti itu.
“Maksud loe?” tanya Sahyla lebih lembut.
“Sahyla, loe harus tau, hujan adalah anugerah. Dan dunia gak hanya diisi oleh cowok-cowok playboy.”
“Apa yang loe tau tentang gue? Kenapa loe mau tau tentang gue?”
“Gue peduli sama loe. dna gue gak mau loe sedih lagi hanya karena cowok playboy.”
Sahyla bungkam.
“Sahyla, tataplah ke depan. Waktu terus bergulir dan kita gak pernah tau seberapa lagi waktu yang kita punya hingga saatnya tiba. Jadi, jangan sampai kita menyia-nyiakan waktu hanya untuk mengenang masa lalu yang pahit. Loe pasti bisa menjalani hidup loe yang baru tanpa dibayangi masa lalu yang pahit itu.”
Sahyla menundukkan kepalanya, berpikir sejenak. Apa yang diaktakan Nizar meemang benar. Kenapa sebelumnya gak pernah terpikir di benaknya. Untuk apa menyia-nyiakan waktu hanya dengan mengenang masa lalu yang pahit itu? Itu adalah masa lalu yang gak boleh terulang lagi. Dan bayangan tentang Hengky sama sekali gak berhak terus menghantui hidup gue.
“Loe bener. Thank’s, ya,” ucap Sahyla tulus.
“Sama-sama.”
Sahyla tersenyum.
Senyumnya manis banget, gumam Nizar. Dia pun membalas senyum itu.
Dari tempatnya Andien yang merhatiin usaha Nizar kali ini, ikut tersenyum. Ini kabar baik. Sahyla udah masu tersenyum sama cowok, di saat hujan pula.
“Hmm…. By the way, siapa nama loe?” tanya Sahyla pada Nizar.
“Hah?” Nizar kaget. “Jadi selama ini loe bahkan gak tau siapa nama gue?”
“Apa untungnya gue tau nama cowok?” ujar Sahyla pura-pura jutek lagi.
Nizar melotot tidak percaya. Jadi usaha gue barusan gak berhasil, ya? Batinnya.
“Namanya Nizar Erlangga,” Andien ikut gabung bersama mereka berdua. “Syukurlah loe udah sembuh,” ucap Andien sambil merangkul sobatnya itu.
“Sembuh? Gue? Emangnya gue sakit apa?” Sahyla gak mau ngaku tuh.
“Makasih ya, Nizar.” Andien beralih memandangi Nizar sambil tersenyum. “Kata-kata loe ampuh juga buat sobat gue ini.”
Sahyla tersenyum.
“Jadi namanya Elang, ya? Koq kayak nama burung, ya?” canda Sahyla.
Sahyla dan Andien pun tertawa lepas. Tertawa tanpa beban.
Nizar tersenyum melihat kebahagiaan kedua sahabat itu. Ternyata usahanya kali ini gak gagal. Gak pa-pa kalo Sahyla memanggilanya dnegan sebutan Elang. Karena Sahyla telah mendapat tempat VIP di hatinya. Dan Nizar berjanji akan melakukan apapun untuk membuat Sahyla sealu bahagia. Tidak akan dibiarkannya Sahyla bersedih lagi.
“Hei Elang!” Sahyla mengibaskan tangannya di angin depan Nizar. “Kita pulang, yuk!” ajak Sahyla yang sudah berdiri sambil bergandengan tangan dengan Andien.
Nizar baru menyadari panggilan Sahyla. “Tapi, masih hujan kan?” nizar masih ingin berlama-lama dengan Sahyla.
“Kan ada kalian berdua.” Sahyla memandang Andien dan Nizar bergantian. “Yuk!” Ditariknya tangan Nizar.
Ketiganya pun mealngkah bersama.
“Sahyla, gue gak akan pernah bikin loe sedih,” bisik Nizar.
Sahyla tersenyum dan balas berbisik pada Nizar, “Mungkin akan perlu banyak waktu untk mencairkan hati gue.”
“Akan kutunggu.”
Sahyla tersenyum bahagia. Rasanya ini memang sudah saatnya untuk membuka pintu hatinya lagi untuk cowok. Meskipun takkan mudah baginya untuk percaya sepenuhnya pada cowok. Tapi, dia akan tetap berusaha. Dan tidak menutup kemungkinan kalo cowok itu adalah Nizar.
Sahyla, aku takkan menyerah untuk mencairkan hatimu. Aku akan menunggumu. Aku tulus dan aku harap kamu bisa melihat ketulusanku ini.


Terimakasih


Tidak ada komentar:

Posting Komentar