Selasa, 12 Maret 2013

memperingati satu minggu

Hari-hariku merindumu.
Rupamu membayangiku.
Apapun yang kulihat, seolah itu bayangmu.
Aku lemah tanpamu, aku tak berdaya.
Sudah lama aku tak melihatmu, tak menyentuhmu.
Padahal selama ini kau selalu berada di sisiku.
Kau temani aku di setiap saat.
Siang malam pun kita selalu bersua.
Aku selalu terbangun saat kau memanggilku.
Kutinggalkan pekerjaanku saat kau inginkan perhatianku.
Seringkali kau menyita perhatianku.
Apapun yang terjadi aku ingin selalu menggenggam eratmu.
Tapi, apa yang terjadi kini, kau bersamanya....
Saat itu rasanya tak sanggup aku melepaskan peganganku darimu.
Aku takut kehilanganmu.
Tapi, harus kuterima ini semua.
Meskipun aku tak tahu, kapan kau kembali.
Dan aku tetap berharap kau kembali.
Kita pun kembali bisa bertemu dalam keadaanmu baik.
Dan aku tetap merindumu....
ponselku.....
memperingati satu minggu berpisah dengan ponsel saya.
semoga hari ini sudah bisa ketemu

Sabtu, 02 Maret 2013

dahulukan saya!

Akhir-akhir ini semakin bertambah aku menemukan orang-orang yang minta didahulukan dari nomornya yang sebenarnya, gilirannya maksudku.
Tidak ada yang ingin keluarganya sakit. Dan tentunya semua orang pasti khawatir jika dalam keadaan seperti itu (siapa sih yang gak pernah nemuin keluarganya sakit?). tapi, bukankah tetap saja lebih baik bersikap positif daripada marah hanya karena menunggu yang memang sudah sesuai gilirannya.
Ma’af bapak-bapak dan ibu-ibu, saya mengerti perasaan kalian saat keluarga kalian sakit apalagi jika itu anak kalian. Karena itu, kami pun akan mendahulukan jika ada salah satunya dengan keluhan dan keadaan yang sakitnya memang patut kami dahulukan untuk diperiksa. Tapi, siapa yang mau keluarganya sakit? Tidak ada, bukan?
Setiap dari kita pasti punya kepentingan masing-masing. Jangan hanya ingin menguntamakan kepentingan pribadi. Karena itu, marilah kita saling menghormati. Salah satunya dengan mengikuti giliran yang memang sesuai dengan nomor urut kita masing-masing.
Apa gunanya buku daftar itu, jika dalam praktiknya tidak dilakukan? Kami hanya bekerja dengan prosedur yang telah ditentukan. Salah satunya dengan mengikuti antrian sesuai daftar tunggu itu. Meskipun tampaknya sepele. Tapi, yang sebenarnya itu berarti. Jika kami mendahulukan yang datang lebih dulu, berarti lebih baik tidak perlu daftar duluan seperti ituu, kan?
Jika setiap dari kalian ingin didahulukan, lalu kami bagaimana? Apa kalian mau diperiksa bersama-sama secara grup? Yang tentunya dengan tingkat konsentrasi dan kualitas yang sudah pasti akan menurun daripada sendiri-sendiri. Tidak mau, bukan?
Kami mohon ma’af, jika cara kalian seperti itu, tentunya juga akan mengganggu pekerjaan kami. Sebentar-sebentar, ditanya kapan masuknya? Kadang sambil menyindir juga. Ya ALLAH.
Bahkan sampai ada yang berbohong.
Dia bilangnya gini, “ kapan no ini (...), mbak?”
Kami jawab, “Setelah ... (jumlah) yang sudah datang dan sudah daftar yang nomornya di atas nomor ini, ya.”
“Kasihan, mbak. Kami mau pulang ke .... (tempatnya yang kira-kira tempuh 1 jam perjalanan).”
Aku mau bilang, “Yang lain juga ada dari .... (kira-kira waktu tempuhnya delapan jam lebih)”. Yang hanya kubilang dalam hati.
Akhirnya setelah beberapa nomor. Dan yang sebenarnya, nomornya pun masih cukup jauh. Kami pun mendahulukannya. Karena teman saya bilang, di hampir tiap lima menit bertanya seperti itu, bahkan sambil dengan kata-kata yang tidk enak didengar.
Di tempat periksa. Tanpa mereka sadari ada pertanyaan yang mereka jawaab dengan polosnya.
“berarti ini lanngsung pulang ke .... (tempat dengan tempuh kira-kira 4 jam)?”
Lho? Bukannya dari tadi mereka mengumbar-umbar mau pulang ke tempat yang kira-kira tiba satu jam, ya?
Otak kami pun mulai bekerja.
Jawab salah satunya. “Ga. Mereka pulang ke rumah saya dulu). Yang jaraknya kira-kira hanya lima belas menit jika tidak macet.
Berulang pertanaan itu ditanyakan. Dan tetap itu juga jawaban mereka.
hufff...
Kasihan, ya. Hanya karena tentang antrian mesti bohong sampai begitu. Sungguh. Jauh lebih baik sabar. Dari pada kecewa, kesal apalagi marah hanya karena antrian. Dengan sabar juga membuat keluarga yang sedang sakit itu, bisa merasa lebih baik. Karena mereka merasa berada di tempat yang tenang, aman, dengan suasana yang nyaman. Kita juga masih bisa berbagi tempat untuk tidur.
Tips dari saya, jika suatu saat menemui keadaan seperti itu: 1. Tanya “nomor daftar anda” 2. Tanya “jam berapa nomor itu.” 3. Tanya “sudah berapa yang selesai.” 4. tanya “apa ada yang sudah datang.” 5. Minta tolong dengan petugas untuk dihubungi bila sudah dekat nomornya.” 6. Datang pada jam sesuai nomor anda.”
Pada poin kelima, membuat lebih nyaman. Bisa saja jika, slaah satunya ada yang ingin belanja atau makan minum.
Poin keenam, tentu saja agar tidak menunggu terlalu lama karena datang pada nomor awal jauh dari nomornya.
Akhirnya, bapak-bapak, ibu-ibu, kami juga minta pengerrtiannya, ya....

08:20 s/d 16:05

Ternyata ini yang terjadi. Padahal aku sudah merasa perasaan tidak enak dari tadi pagi. Tapi, kenapa tidak bisa kuhindari, ya?
Kerjaanku yang kumulai sejak jam 08.25 tadi pagi sampai pukul 16.05 sore ini, secara kasat mata hasilnya nihil.
Aku masih bisa bernafas dan berfikir jernih. Karena sudah ada yang berusaha membantuku mengembalikannya. Mesakipun hasilnya tetap tidak bisa kembali. Tak apa. Sungguh. Selama bukan aku yang salah, aku tak perlu menyesalinya kan? Lagi pula, jika aku menyesalinya, toh tetap tidak akan kembali. Apalagi jika aku sampai marah. Tidak akan mengembalikannya, bukan. Tak apa. Sungguh.
Mungkin ini salahku juga. Coba kalo di sheet pertama tidak kuhapus. Iya kan? Jadi, kerjaanku yang sudah ada sampai jam berapa itu, masih ada. Meskipun sedikit. Atau aku tidak keras kepala dengan caraku sendiri. Tapi, aku sudah memperbaikinya tadi, dengan bantuan temanku juga (tak sendiri, jadi sudah tidak dengan egoku sendiri). Yang pada menit ke berapa sebelum terakhir, sudah selesai dan sudah disave juga. Cuma yang anehnya, kenapa ada sheet chart itu, ya? Sejak jam berapa juga ku tidak tahu. Saat aku sadar, itu sheet chart itu sudah ada. Tapi, tidak kuhapus. Karena kupikir, “Toh itu tidak mengganggu kerjaanku juga. Meskipun mesti kuhapaus, akan kuhapus saat jam kerjaku hari ini sudah berakhir”. Yang akhirnya kami minta bantuan senior pun, hanya untuk memperbaiki, tentang 2 macam list itu.
Tidak bisa kupungkiri, aku menjadi sedikit tidak nyaman. Karena ini, pekerjaan kami jadi bertambah satu hari lagi.
Ma’af, aku tak marah. Sungguh. Hanya ingin menceritakan kronologisnya.
Sekali lagi, menyesal ataupun marah, tentu tidak akan mengembalikan kerjaanku. Atau jika aku merasa terpuruk sekalipun lalu bersedih, tentu akan mengganggu pekerjaanku berikutnya pada lain waktu. Karena akan menghadirkan emosi negatifku. Iya kan?
Jadi, yang perlu kulakukan sekarang dan memang sudah kulakukan sejak tadi adalah menerima ini. Meskipun aku harus mengulang pekerjaanku itu di hari kerja berikutnya, toh tidak akan ada yang menghujatku kan? Karena ini memang bukan salahku. Dan aku tetap bisa bekerja dengan baik di lingkungan yang mendukung. Iya kan?
Aku yakin, sebenarnya ada hikmahnya di balik ini, meskipun aku masih belum tahu. Aku juga yakin, sebenarnya hari ini juga pasti ada hasilnya. Apapun itu. Meskipun aku masih belum menyadarinya.
Dan untungnya juga, aku masih berharap tak ada yang menyalahkanku. Aku berharap tak ada yang memandangku berbeda. Aku berharap tak ada yang merasa tidak enak padaku. Begitu juga sebaliknya. Aku berharap keadaan di kantor tetap seperti biasa, tak ada yang berbeda.
Aku pun tersenyum ikhlas.
Terakhir, aku minta ma’af.

Jumat, 01 Maret 2013

Saat Merasa Terpuruk

Jangan biarkan orang lain mengganggu pikiran kita. Karena pikiran kita itu adalah milik kita sendiri. Tak ada orang lain yang berhak mengusik pikiran kita. Kita sendiri yang membentuk pikiran itu. Kita sendiri yang berhak memilih apa saja yang berhak ada di pikiran itu. Orang lain tak berhak bergentayangan mengobrak-abrik pikiran kita. Apalagi jika hal itu membuat kita sedih ataupun merasa terpuruk.
Memang tak bisa dipungkiri jika kita ini makhluk sosial. Tak mungkin tak ada hal tentang orang lain yang luput dari pikiran kita. Misalnya saja tentang orang tua kita. Tak mungkin kita tak memikirkan tentang mereka. Dan yang saya maksud di sini adalah jangan sampai kita memikirkan tentang orang lain sehingga membuat kita terganggu, misalnya saja sampai membuat kita galau (bahasa kerennya saat ini kan?)
Ada yang bilang, hidup ini adalah pilihan. Itu benar. Kita bisa memilih apa yang patut kita pikirkan. Dan saya rasa yang paling pantas kita pikirkan adalah hal-hal yang bisa membuat kita bahagia, hal-hal yang dapat membangkitkan energi positif pada diri kita.. Apapun itu. Masa lalu ataupun masa yang akan datang.
Masa lalu yang telah menjadi kenangan. Dan kenangan-kenangan manis yang pernah kita alami, tentunya dengan adanya kehadiran orang lain juga sebagai salah satu atau beberapa pemainnya dalam drama kisah hidup kita. Yang bisa saja saat itu juga membuat orang lain itu merasa bahagia. Sehingga terekam di pikiran kita bahwa kita juga berarti bagi orang lain, kita juga berguna bukan hanya bagi diri sendiri.
Masa yang akan datang memang sesuatu yang tak bisa kita tentukan dengan pasti. Karena kodrat kita sebagai manusia adalah berusaha, berdo’a, berencana, dan bertawakal. Bukankah setiap dari kita pasti menginginkan yang terbaik untuk kita sendiri (yang paling utama. Pandangan kita yang awam berpikir seperti itu). Dan pikiran seperti ini yang akan menjadi penyemangat bagi kita.
Dan kita juga harus tetap ingat bahwa ALLAH SWT Yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha pengasih, jauh lebih mengetahui yang terbaik untuk kita, hamba-hamba-Nya. Jangan berkecil hati dan bersedih, meskipun nantinya tak seperti apa yang kita dambakan. Karena pasti ada alasan di balik itu. Pasti ada hal yang bagi kita masih misterius, hikmahnya yang belum kita rasakan. Atau tidak kita rasakan. Tapi, keadaan yang seperti itu (misal, hal yang tidak kita harapkan) membuat kita merasakan atau mendapatkan hal lain yang jauh lebih tepat bagi kita atau jauh lebih baik dari Dia Yang Maha Penyayang.
Jangan biarkan hal buruk menghantui pikiran kita. Jauh lebih banyak ni’mat-Nya yang telah diberikan kepada kita, yang kita begitu menyadari kehadiran ni’mat itu, kita hanya belum atau tidak mengerti bahwa itu ada bukan tanpa arti. Buat apa kita memikirkan hal buruk jika jauh lebih banyak hal baiknya? Ma’af, bukan hal buruk, hanya sebuah cobaan atau pelajaran bagi kita.
Cobaan ada untuk mengangkat derajat hamba-Nya, jika mereka bersabar dan bertawakal. Dan pelajaran ada bagi kita yang pernah melakukan kesalahan (tentu saja, tak ada manusia yang tak pernah salah). Itu sebagai cambuk bagi kita agar kita tak melakukan kesalahan-kesalahan lagi apalagi kesalahan yang sama. Semoga kita diberikan kesempatan untuk bisa merenungi apa saja yang pernah kita lakukan dan dapatkan agar kita mendapatkan penerangan, agar kita semakin mengerti tentang hidup kita. Sehingga kita bisa tak menyalahkan apa yang pernah terjadi pada kita, yang kita rasa tak sesuai dengan yang kita inginkan. Jika kita menyalahkan hidup ini, artinya kita juga menyalahkan yang telah ditentukan-Nya kepada kita.jangan sampai seperti itu. Apapun yang terjadi pada kita, semuanya atas seizin ALLAH. Dan ALLAH SWT tidak akan memberikan cobaan yang hamba-Nya itu tidak sanggup untuk menjalaninya. Yakinlah ALLAH Maha Penyayang. ALLAH SWT bersama kita. Ini adalah jalan kita. Tak ada gunanya kita menangisi hal sedih yang pernah kita rasakan. Toh kita tak akan bisa kembali ke masa itu lagi. Justrui tu bisa kita jadikan pelajaran. Dari itu, kita bisa menentukan hal mana yang baik dilakukan agar tak terjadi lagi kesalahan berikutnya apalagi kesalahan yang sama.
Saya mengibaratkan memikirkan atau terlena dengan hal yang membuat kita sedih atau tidak terima itu sama merugikannya seperti minuman keras atau narkoba. Kedua hal itu nampak tidak boleh kita dekati apalagi sampai dikonnsumsi. Lalu bagaimana dengan hal yang membuat kita sedih? Bagaimana bisa saya mengibaratkannya dengan dua hal itu? Begini, saat kita merasa terpuruk atau merasa tersakiti karena sesuatu, bukankah kita sangat terganggu dengan itu? Sampai sering membuat kita sakit kepala. Sudah minum obat penghilang nyeri pun masih terasa sakit kepalanya. Bahkan kadang dibawa tidur, setelah bangunnya pun masih sakit kepala. Kenapa? Karena kita masih memikirkan hal-hal buruknya itu. Bukankah itu sakit? Dan sama saja dengan menyakiti diri sendiri. Apa bedanya dengan mengkonsumsi minuman keras atau narkoba yang juga menyakiti diri sendiri, tubuh dan psikologis kita. Terlena dalam pikiran yang membuat kita merasa terpuruk dan tersakiti itu pun juga menyakiti tubuh kita, bukan? Bukan hanya psikis kita.
Sedangkan kita masih diberi kesempatan untuk memikirkan hal-hal baik lainnya, peristiwa bahagia yang pernah kita alami, yang berhubungan langsung dengan masalah yang menimpa kita sekarang itu atau tak langsung. Kenapa saya bilang, kita masih diberi kesempatan? Karena setiap dari kita pasti punya hal-hal manis, kenangan bahagia yang nyata pernah kita alami yang masih terus berguna bagi kita. Apalagi jika kita masih mengingatnya agar kita terus bersyukur atas ni’mat-Nya.
Kita merasa terpuruk pada suatu ketika? Coba kita lihat lagi orang lain yang di bawah kita. Dengan begitu kita bisa lebih banyak bersyukur bahwa kita masih bisa melakukan hal-hal yang mungkin tidak bisa mereka lakukan. Atau kita masih punya hal yang tak mereka punya. Lalu, jika suatu ketika kita merasa iri dengan orang lain, coba pikirkan, kita tak tahu betul apa yang sebenarrnya terjadi pada mereka. Karena kita memang tak 24 jam bersama mereka. Yakinlah, ada hal tentang mereka yang jika kita tahu, belum tentu kita sanggup berada di posisi mereka saat itu.
Ma’af, tentu saja kita bisa merasa sedih saat sesuatu yang tak diinginkan terjadi. Boleh saja. Asal sedihnya tak berlanjut. Pikirkan hal-hal lain yang lebih baik, yang membuat kita merasa berarti. Salah satu contoh yang paling dekat dari kita adalah, kita masih dianugerahi nafas untuk tetap hidup. Yang artinya, kita masih diberi kesempatan untuk menambah amal agar setidaknya bisa memperberat timbangan baik itu. Daripada menambah dosa-dosa yang pernah kita lakukan (misalnya dengan menyalahkan yang telah terjadi pada kita), dengan sadar atau tidak. Dan itu artinya masih ada orang lain yang memerlukan kita.
Saat kita merasa terpuruk atau sedih, cobalah pikirkan hal-hal baik ataupun kenangan-kenangan manis yang pernah kita alami. Lebih khususnya, hal itu yang jauh lebih berarti daripada hal yang membuat kita sedih itu.
Bisa. Kita pasti bisa. Jangan berpikir tidak bisa dulu. Kenapa saat kita berniat melakukan hal baik saja, sudah mendapat pahala? Padahal itu baru niat lho. Karena dengan niat yang baik itu, juga sebagai salah satu do’a. Yang kita orang awam tau, itu bisa menjadi sugesti, yang terekam di benak kita. Sehingga semakin menguatkan kita, kalo kita bisa melakukannya. Orang lain bisa, kenapa kita tidak? Yakinlah, kita pasti punya cara ringkas kita sendiri, jika kita mau lebih peka. Yang saya pikir, ikhlas salah satunya.
Ada kalanya kita merasa iri dengan apa yang dimiliki orang lain dan kita tidak punya. Tapi, bukankah kita tidak tahu betul bagaimana kehidupan mereka yang sebenarnya? Sya, buat semisal.
Waktu masih kelas satu di MAN (Madrasah Aliyah Negeri), saya dan teman dekat saya pernah (kasarnya) tak menyukai salah satu teman sekelas kami, tanpa sadar atau tidak kami pernah membicarakan (menggosip) tentang dia. Dan yang kami bicarakan itu hanya tentang dia yang kami lihat, dengar, rasa, dan tahu. Lalu suatu hari, saya dikasih ALLAH SWT kesempatan untuk mengobrol langsung dengannya. Padahal tadinya kami sama sekali bukan teman dekat, berikutnya pun kami tidak menjadi teman dekat, tapi akhirnya ini membuat saya mengerti tentang dia. Yang pada waktu itu, saya dan teman dekat saya itu berpikir bahwa dia sok cantik, sok baik, sok supel, jadinya adabeberpaa cowok yang tergila-gila padanya. Padahal dia sudah punya kekasih. (sekarang saya pikir, saat itu, kami hanya iri padanya).
Kalian tahu, apa yang saya dapat setelah saya bicara dengannya itu? Tanpa diatur dan tanpa paksaan, saat itu dia bicara tentang dirinya yang berrhubungan dengan pendapat kami tentang dia. Bagaimana dia mempertahankan hubungannya dengan kekasihnya yang saat itu sangat disayanginya. Bagaimana dia menjelaskan dengan tersirat ataupun tersurat kepada pria-pria yang mengincarnya, bahwa sekarang dia sudah punya seseorang itu. Bagaimana dia meyakinkan mereka. Juga ada hal lain, yang membuat saya berpikir, mungkin saya belum tentu sanggup berada di tempatnya yang seperti itu. Jika kami iri dengannya yang disukai beberapa pria dan secara sadar atau tidak, ingin seperti itu juga (disukai beberapa pria saat itu), artinya kami ingin menjadi dia kan? Yang berarti, jika menjadi dia, maka juga akan mengalami hal-hal lain yang dialaminya. Sanggupkah kami menjalani hal itu? Wallahu’alam, tak ada yang tahu. Yang saya tahu hanya, mungkin saya tidak sanggup, karena itu, ALLAH SWT tak menjadikan kami mengalami hal yang menurut kami menyenangkan itu, jika dapatnya sepaket dengan hal yang lain itu.
Banyak hal misterius, rahasia Ilahi yang mungkin masih belum kita mengerti ataupun yang tidak akan pernah mengerti. Jadi, untuk apa memikirkan hal-hal lain yang bisa menganggu pikiran kita itu. Kita hanya perlu menjalani hidup ini dengan bersyukur dan bertawakal kepada ALLAH SWT. Jangan lupa, tetap terus berdo’a dan berusaha. Karena ALLAH tidak akan mengubah nasib suatu kaum-Nya, jika mereka sendiri tidak berusaha mengubahnya. Yang akhirnya kita kembali lagi kepada ALLAH Maha Mengetahui yang tebaik bagi kita dan Maha Penyayang. Yang akhirnya saya tahu kenapa pria-pria itu menyukainya. Karena saya rasa dia memang baik, dia memang cantik. Bukankah tentang menyukai seseorang itu adalah hal yang relatif. Berbeda tiap orang yang memandangnya sesuai sudut pandang mereka, dan karena itu memang yang sudah ditentukan bagi mereka.
Mari kita jalani hidup ini dengan ikhlas. Dengan yakin pada kuasa Ilahi.