Sabtu, 02 Maret 2013

dahulukan saya!

Akhir-akhir ini semakin bertambah aku menemukan orang-orang yang minta didahulukan dari nomornya yang sebenarnya, gilirannya maksudku.
Tidak ada yang ingin keluarganya sakit. Dan tentunya semua orang pasti khawatir jika dalam keadaan seperti itu (siapa sih yang gak pernah nemuin keluarganya sakit?). tapi, bukankah tetap saja lebih baik bersikap positif daripada marah hanya karena menunggu yang memang sudah sesuai gilirannya.
Ma’af bapak-bapak dan ibu-ibu, saya mengerti perasaan kalian saat keluarga kalian sakit apalagi jika itu anak kalian. Karena itu, kami pun akan mendahulukan jika ada salah satunya dengan keluhan dan keadaan yang sakitnya memang patut kami dahulukan untuk diperiksa. Tapi, siapa yang mau keluarganya sakit? Tidak ada, bukan?
Setiap dari kita pasti punya kepentingan masing-masing. Jangan hanya ingin menguntamakan kepentingan pribadi. Karena itu, marilah kita saling menghormati. Salah satunya dengan mengikuti giliran yang memang sesuai dengan nomor urut kita masing-masing.
Apa gunanya buku daftar itu, jika dalam praktiknya tidak dilakukan? Kami hanya bekerja dengan prosedur yang telah ditentukan. Salah satunya dengan mengikuti antrian sesuai daftar tunggu itu. Meskipun tampaknya sepele. Tapi, yang sebenarnya itu berarti. Jika kami mendahulukan yang datang lebih dulu, berarti lebih baik tidak perlu daftar duluan seperti ituu, kan?
Jika setiap dari kalian ingin didahulukan, lalu kami bagaimana? Apa kalian mau diperiksa bersama-sama secara grup? Yang tentunya dengan tingkat konsentrasi dan kualitas yang sudah pasti akan menurun daripada sendiri-sendiri. Tidak mau, bukan?
Kami mohon ma’af, jika cara kalian seperti itu, tentunya juga akan mengganggu pekerjaan kami. Sebentar-sebentar, ditanya kapan masuknya? Kadang sambil menyindir juga. Ya ALLAH.
Bahkan sampai ada yang berbohong.
Dia bilangnya gini, “ kapan no ini (...), mbak?”
Kami jawab, “Setelah ... (jumlah) yang sudah datang dan sudah daftar yang nomornya di atas nomor ini, ya.”
“Kasihan, mbak. Kami mau pulang ke .... (tempatnya yang kira-kira tempuh 1 jam perjalanan).”
Aku mau bilang, “Yang lain juga ada dari .... (kira-kira waktu tempuhnya delapan jam lebih)”. Yang hanya kubilang dalam hati.
Akhirnya setelah beberapa nomor. Dan yang sebenarnya, nomornya pun masih cukup jauh. Kami pun mendahulukannya. Karena teman saya bilang, di hampir tiap lima menit bertanya seperti itu, bahkan sambil dengan kata-kata yang tidk enak didengar.
Di tempat periksa. Tanpa mereka sadari ada pertanyaan yang mereka jawaab dengan polosnya.
“berarti ini lanngsung pulang ke .... (tempat dengan tempuh kira-kira 4 jam)?”
Lho? Bukannya dari tadi mereka mengumbar-umbar mau pulang ke tempat yang kira-kira tiba satu jam, ya?
Otak kami pun mulai bekerja.
Jawab salah satunya. “Ga. Mereka pulang ke rumah saya dulu). Yang jaraknya kira-kira hanya lima belas menit jika tidak macet.
Berulang pertanaan itu ditanyakan. Dan tetap itu juga jawaban mereka.
hufff...
Kasihan, ya. Hanya karena tentang antrian mesti bohong sampai begitu. Sungguh. Jauh lebih baik sabar. Dari pada kecewa, kesal apalagi marah hanya karena antrian. Dengan sabar juga membuat keluarga yang sedang sakit itu, bisa merasa lebih baik. Karena mereka merasa berada di tempat yang tenang, aman, dengan suasana yang nyaman. Kita juga masih bisa berbagi tempat untuk tidur.
Tips dari saya, jika suatu saat menemui keadaan seperti itu: 1. Tanya “nomor daftar anda” 2. Tanya “jam berapa nomor itu.” 3. Tanya “sudah berapa yang selesai.” 4. tanya “apa ada yang sudah datang.” 5. Minta tolong dengan petugas untuk dihubungi bila sudah dekat nomornya.” 6. Datang pada jam sesuai nomor anda.”
Pada poin kelima, membuat lebih nyaman. Bisa saja jika, slaah satunya ada yang ingin belanja atau makan minum.
Poin keenam, tentu saja agar tidak menunggu terlalu lama karena datang pada nomor awal jauh dari nomornya.
Akhirnya, bapak-bapak, ibu-ibu, kami juga minta pengerrtiannya, ya....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar