Sabtu, 12 Mei 2012

FIRST LOVE vs TRUE LOVE

Reyna terpaku dalam diam. Meratapi keraguan pada semua kenyataan yang telah dilaluinya. Lalu, selalu dia mencoba untuk meyakininya. Di kesunyian ini dicurahkannya segala asnya. Reyna mencoba tetap di tempat ketika ketenanngannya mulai terusik.tapi, Reyna tak bisa, tetap saja tempatnya bergeser perlahan.

Reyna menengadahkan kepalanya. Ditemukannya bintang yang sedang bertebaran. Dan didengarnya sebuah bisikan, Semangat! Lalu, dilemparkannya pandangan ke arah seberang.

Oo…itu bukan bintang favoritnya, tapi bintang hatinya. Tak ada yang tahu. Sejak pertama kali melihatnya, seketika tubuh Reyna mematung, jantungnya berdebar kencang, dan matanya menatap tak lepas dari cowok itu. Dia tinggi, hitam manis, berwajah tirus yang tampan, senyum manisnya, juga mata elangnya yang begitu teduh. Seketika Reyna menundukkan kepalanya. Reyna begitu menaggumi dan menyukai cowok itu. Hari-hari Reyna sering ditemani dengan pikiran tetangnya. Bayangan wajahnya sering menghampiri mimpi Reyna. Mungkin inilah cinta.

Cowok itu bukan siapa-siapa. Dia bukan anak band sang idola. Dia bukan pemain basket yang bisa slum dunk dengan sempurna. Dia bukan pemain bola sang bintang lapangan. Dia bukan seseorang yang dikenal lewat keahliannya di bidang musik, ataupun olahraga.

Dia hanya seorang Fariz, salah satu anggota teater. Dia tak pernah memainkan peran utama. Meski begitu, ketiadaannya di atas pentas tentunya akan sangat menebar kehampaan bagi temannya-temannya satu teater dan para penikmat teater SMA ini.

Tapi, bagi Reyna, semuanya karena cinta itu sendiri yang telah memilihnya. Wajah cutenya, senyum ramahnya, tatapan hangatnya, dan sikap bersahabat yang selalu dibaginya pada semua orang, merupakan suatu kelebihannya di mata Reyna.

Reyna bisa saja menggunakan keberaniannya untuk mendekati Fariz. tapi keberaniannya itu harus dipendamnya sendiri. Fariz bukan sang idola yang selalu dielu-elukan fansnya. Juga bukan bintang lapangan yang dibanggakan semua orang, lalu dijadikan idola. Dia adalah seorang Fariz yang memiliki sikap sangat bersahabat yang selalu dikelilingi oleh tema-temannya dimanapun dia berada.

Reyna bisa saja melakukan pendekatan dengan Fariz, tapi Reyna tak ingin mencintai dengan cara seperti itu dan dia juga terlalu malu untuk mendekati Fariz sementara cowok itu selalu bersama teman-temannya. Reyna ingin mencintai dengan tulus. Membiarkan cinta yang telah memilihnya itu sendiri yang akan menentukan dan membuka jalannya selanjutnya. Lalu, membiarkan segalanya mengalir searah aliran air. Lalu diam untuk menikmati kekagumannya terhadap Fariz, meski hanya dalam diam.

“Hei!” Di sini rupanya. Chika, sahabat Reyna menepuk pundaknya lalu duduk di samping Reyna.

Reyna tersenyum pada Chika.

Pantesan kamu betah di sini. Karena dari sini langitnya terlihat sangat indah, bukan? Ucap Chika sambil menengadah kagum. Reyna pun mengikutimya. Tebakna Chika memang benar. Tepatnya itu adalah salah satunya.

Reyna dan Chika sudah bersahabat sejak kelas satu SMP. Keduanya telah saling mengenal kepribadian masing-masing. Telah banyak hal yang telah mereka bagi bersama. Entah kenapa, Reyna belum menceritakan tentang perasaannya terhadap Fariz.ada sebuah kebimbangan di sudut sanubarinya.

Lalu, Reyna kembali mengalihkan pandangan ke arah seberang. Fariz masih duduk di situ. Bersama teman-temannya, dia bersenda gurau dan bernyanyi. Nyanyian yang mereka lantunkan diiringi oleh dentingan gitar yang dipetik oleh Rizal, salah satu idola di SMA mereka.

Yang Reyna tahu, Fariz dan Rizal adalah teman satu kelas. Mereka tampak cukup akrab. Entah sahabatan atau tidak.

Rizal memang tampan dan keren. Dengan badan atletisnya yang tinggi dan rambut cepak. Rizal tampak selalu memakai topi plus handband, dan dia memang tampak selalu keren dengan stylenya yang gaul abis itu. Selain sebagai siswa di SMA itu, Rizal juga dikenal sebagai gitaris plus vokalis solo yang suara dan permainan gitarnya bikin cewek-cewek kasmaran sama dia. Dia sering tampil di berbagai acara di sekolah ataupun diundang oleh sekolah lain. Selain itu, Rizal juga ikut di club basket. Dan permainan basketnya top banget deh.

Sempat terpikir oleh Reyna, Rizal mengingatkannya dengan seseorang, tapi dia tidak pernah punya teman ataupun hanya sekedar kenalan yang juga bernama Rizal.

Kadang Reyna merasa tak percaya diri dengan perasaannya terhadap Fariz. reyna hanyalah gadis biasa. Dia bukan gadis populer. Dia hanyalah gadis dengan ambut sebahu, bertubuh tinggi dan putih, dan wajah yang kalah cantik jika dibandingkan dengan gadis-gadis bak model yang ada di SMA-nya. Meski begitu, Reyna akan tetap pada pendiriannya, membiarkan semuanya mengalir seperti air.

Malam ini, Reyna dan teman sekolahnya yang lain, sedang mengikuti perkemahan sabtu minggu di sebuah tanah lapang di bumi perkemahan. Di sekelilingnya didapati semak belukar dan pohon-pohon tinggi yang besar.

“Rey, kalo diprhatiin lagi, Fariz itu keren juga, ya.”

Oops, Reyna lupa. Di sampingnya kan masih ada Chika.

Dan Chika sedang melihat ke arah Fariz juga rupanya.

“Maksud kamu?”

“Reyna, walaupun kamu gak cerita, aku tetap bisa melihatnya dari tatapan kamu ke Fariz.”

“Hah?” Reyna terperanjat..

Benarkah kata-kata Chika barusan? Ternyata meskipun mulutnya tak bicara, matanya yang menceritakan tentang Fariz di hati Reyna pada Chika. Dan Chika dapat menangkap semua pesan itu.

“Rey, aku kagum sama kamu. Karena kamu bisa mendiamkan perasaan itu dalam waktu yang cukup lama.”

Oh, jadi Chika sudah lama mengetahuinya.

“Aku juga bisa merasakan apa yang kamu rasakan setiap kali kamu memikirkan Fariz, Rey,” kata Chika dengan gamang.

Reyna kaget dan spontan bertanya, “Apa kamu sedang jatuh cinta?”

“Eh?“ Chika jadi salah tingkah dengan memelintir rambutnya. “Siapa bilang!”

“Terus, koq kamu koq kamu juga bisa merasakannya?”

Bola mata Chika berputar sebelum ia menjawab pertanyaan Reyna. “Kita kan best friend forever.” Kilahnya sambil mergkul punda Reyna dan tersenyum.

Reyna membalas senyum Chika.

Tapi, perasaan Reyna begitu kuat, pasti Chika juga sedang jatuh cinta. Dengan siapa, ya? Dan kalo itu benar, kenapa Chika tak menceritakan hal itu padanya. Ah, mungkin Chika sedang bimbang.

“Tapi, kenapa bukan Rizal, Rey? Dia kan lebih keren, populer pula.”

Rizal? Kenapa tiba-tiba topik pembicaraan berubah? Oo… mungkinkah Rizal yang telah membuat Chika bimbang seperti sekarang ini? Tapi….

“Entahlah. Bukankah kita tak bisa mengatur, kan ke hati siapa Miss cupid menembakkan panah amornya? Dan kita juga tak bisa menuliskan sendiri, nama siapa yang ada di panah itu?”

“Hmm… So sweet…”

Reyna jadi ingat tentang di saat masa kecilnya. Ketika bertemu dengan cowok yang pertama kali membuat Reyn agelisah karena memikirkannya. Dan Reyna berpikir bahawa Itu adalah cinta pertamanya. Suatu ketika Reyna begitu sedih saat cowok itu tak lagi bersekolah di sekolah yang sama dengannya. Tapi setelah bertemu denga Fariz, Reyna baru menyadari arti sebuah a true laove. Fariz lah orang itu, yang telah menjadi true lovenya Reyna. Meskipun begitu, Reyna tak pernah bisa melupakan cowok first lovenya itu.

“Rey, gimana kalo kita masak mie instan?” Usul Chika.

“Oke, aku juga udah lapar nih. Gimana kalo aku yang nyari rantingnya dan kamu yang ngambil airnya.”

“Deal!”

Keduanya pun langsung beranjak dan berpisah sesuai dengan tugasnya masing- masing.

Reyna melangkah memasuki hutan, hanya beberapa meter dari tendanya, jadi Reyna tidak perlu takut.

Reyna pun mulai memunguti ranting-ranting kering.

“Hai!”

Sepertinya ada suara. Tapi suara siapa? Gak mungin Chika, karena suarnya seperti suara cowok. Apa mungkin suara hantu? Hiii… tapi bulu kuduk Reyna gak merinding koq.

Reyna pun memberanikan diri untuk menengadah ke arah suara itu.

“Hai” Sahut Reyna. Rizal rupanya.

“Kamu berani juga, ya, sendirian di tempat seperti ini.”

Reyna tersenyum. “Kan dekat dengan tendaku juga.”

“Aku bantuin, ya!”

Tak sempat Reyna menolak, Rizal suda langsung ikutan memunguti ranting-ranting kering. Sebenarnya lumayan juga, ditemenin nyari ranting, biar lebih cepat.

Tak lama kemudian Rizal dan Reynna sudan mengumpulkan cukup banyak ranting kering. Lalu keduanya pun menyudahi pencarian mereka dan kembali ke tenda Reyna.

“Thank’,s ya!” Ucap Reyna setibanya di depan tendanya dan Ingin diraihnysa ranting-ranting yang dipegang oleh Rizal.

Tapi, sudah keburu Rizal jongkok dan menyusun ranting-ranting itu di atas tanah. Lalu, Rizal membuat api.

Dan akhirnya, Reyna hanya bisa ikutan jongkok sambil memandangi Rizal. Dia gente banget dan memang keren abis. Rizal juga mengambil cerek yang sudah berisi air yang ada di depan tenda. Ternyata Rizal baik juga, meskipun mereka gak pernah ngobrol sebelumya.

Chika ke mana, ya? Cerek plus airny asudah datang, tapi koq orangnya yang ngambil malah gak ada.

Dan kenapa juga Rizal tiba-tiba nyamperin dan membantu Reyna, ya? Lagi pula Reyna tidak sekelas dengan Rizal. Reyna tau Rizal nama Rizal juga dari teman-teman yang sering ngegosipin dia. Itu tuh__ para kaum hawa yang naksir Rizal.

Menatap Rizal sedekat ini semakin membuat Reyna ingat dengan seseorang. Sepertinya orang itu pernah dekat dengannya

Saat api sudah menyala, Rizal tidak langsung pergi. Cowok itu mengambil posisi duduk di samping Reyna. Dia menatap lurus ke depan.

“Kamu sudah berubah, Re!”

“Hah?” Tanpa sadar bibir Reyna sudah membentukhuruf O. apa maksud kata-kata Rizal tadi? Rizal bicara seolah mereka sudah saling kenal satu sama lain.

“Iya.” Rizal berpaling menatap Reyna.

Tapi Reyna langsung menundukkan kepalanya, tidak mau beradu pandang dengan Rizal.

“Dulu kamu adalah gadis yang paling ceria dan bersemangat yang pernah kukeanl. Suka lari-lari lagi.”

Apa? Maksud Rizal apa sih? Reyna benar-benar tidak mengerti.

“Tapi, sekarang kamu sudah menjadi gadis yang pendiam dan anggun. Tapi gak apa, karena bagiku kamu tetap gadis yang istimewa.”

Rizal, please deh, kalo bicara itu jangan setengah-setengah.

“Re!” rizal memegang kedua pundak Reyna tatap mataku.

Rizal, kamu kenapa sih? Megang orang sembarangan. Reyna ingin berontak, tapi Reyna tak mampu mengerakkan badannya, kecuali kepalanya yang terangkat dan maanya yang menatap mata Rizal.

“Jangan bilang kamu lupa denganku!”

Re__ dari tadi Rizal menyebutnya dengan sebutan itu. Dulu juga ada seseorang yang memanngilnya dengan sebutan itu. Rizqi__ dia orangnya, cowok first love Reyna. Tapi sekarang yang berada di epannya bukan Rizqi melainkan Rizal.

Reyna tidak yakin. Dan entah kenapa, Reyna seolah bisa melihat kembali wajah Rizqi. Mata itu__ tatapan usilnya. Dan raut wajah itu__???

“Si__ siapa kamu?”

“Jadi kamu benar-benar sudah melupakanku?” Rizal melepaskan pegangannya dari pundak Reyna. Dan dia menjadi tampak begitu lamah.

Sementara itu, Reyna terus menatap Rizal lekat-lekat.

Hening.

“Dulu juga ada seseorang yang memanggilku dengan sebutan ‘Re’. dan hanya dia yang memanggilku dengan sebutan itu. Mana bisa aku melupakannya.” Reyna mengingat masa kecilnya.

“Jadi kamu masih mengingatku?” Rizal menjadi lebih bersemangat dan dengan serta merta, dia menatap Reyna dan menggenggam kedua tangannya.

“Kamu bukan Rizqi! Kamu Rizal!” Reyna berusaha melepaskan genggaman Rizal. Dan tak bisa karena genggaman itu begitu kuat.

“Aku Rizqi, Re. rizqi Rizaldi. Kamu masih ingat kan, dulu kita pernah jalan bareng ke sawah, melihat padi yang masih menghijau. Apa yang pertama kali kamu ucapkan? I love green!”

“Apa?” Sejenak Reyna terhenyak.

Jadi Rizal adalah Rizqi, cinta pertamanya.semuanya memang mengarah pada tentang Rizqi. Mata Rizal, ceritanya, dan panggilan khasnya terhadap Reyna. Bahkan Rizqi masih mengingat kata-kata itu. Reyna senang bisa bertemu lagi dengan teman dari masa kecilnya, apalagi oarang itu adalah first lovenya.

“Sejak kapan kamu mengetahuinya?” Tanya Reyna.

“Sejak pertama kali melihatmu aku sudah dapat menebaknya. Dan Chika sudah banyak membantuku.”

Chika? Sesuatu terbesit di benak Reyna.

“Semuanya berkumpul! Acara api unggun akan segera dimulai!” Seseorang memberi komando lewat pengeras suara.

Dan pengumuman itu bertepatan dengan mendidhnya air yang dimasak oleh Reyna dan Rizal.

“Re, aku tetap sayang sama kamu meskipun kita sudah lama terpisah. Kamu mau gak jadi pacarku?”

Aduh, Rizal__ bukan__ Rizqi, kalo mau nembak cewek, cari tempat, waktu, dan situasi yang tepat plus romantis dulu donk.

“Rey, kita ke depan yuk!” Tiba-tiba Chika sudah ada di depan Reyna dan tanpa komando, langsung menarik tangannya.

Langkah Reyna pun terseret mengikuti Chika tanpa sempat mengucap pamit pada Rizqi. Dan Reyna dapat melihat raut kekecewaan di wajah Rizqi..

*****

Rizqi adalah cowok first love Reyna. Meski saat itu mereka berdua hanyalah sebagai teman dekat. Yang kemudian pertemanan itu terputus karena Rizqi pergi tanpa memberi kepastian pada Reyna. Dan sekarang__ Rizqi yang dikenal Reyna sebagai Rizal kembali untuk menyatakan perasaannya pada Reyna, tepat di saat hati Reyna telah tertuju pada Fariz. Dan Reyna tau, Rizqi tulus.

Bagaimana mungkin Reyna bisa melupakan begitu saja perasaannya sekarang terhadap Fariz. dan Reyna juga tidak bisa melupakan Rizqi sebagai cinta pertamanya, kenangannya dari masa kecil. Ya, sekarang Rizqi tak lebih dari sekedar kenangan bagi Reyna.

“Reyna!”

Reyna tersentak kaget.

“Acaranya udah selesai. Kita balik ke tenda yuk!” Ajak Chika.

Reyna mengedarkan pandangn ke sekeliling. Benar, teman-teman sudah mulai bubar untuk kembali ke tendanya masing-masing.

Di sudut sana, lama Fariz memperhatikan Reyna.

Reyna mengangguk pada Chika. Keduanya pun kembali ke tenda mereka.

Setibanya di depan tenda…

“Re!”

Chika langsung berpaling ke arah suara itu. Dan dengan ragu, Reyna pun begitu. Di depan Reyna berdiri dua cowok yang saat ini sedang dipikirkan oleh reyna, Rizqi dan Fariz.

“Hai! Gimana, Re?” Tanya Rizqi bersemangat.

Reyna diam. Dia yakin dengan perasaannya terhadap Fariz. tapi, bagaimana caranya untuk menolak rizqi?

“Reyna, aku pengen tau jawaban kamu.”

Reyna tersenyum ragu pada Rizqi sambil melirik Fariz dan Chika. Chika tampak sedih dan Fariz tampak itak mengerti.

“Apa itu artinya ‘iya’?” Desak Rizqi

“Hah? Bu….””

“Ada apaan nih? Apa yang sedang kalian bicarakan? Rizal, jadi kamu sudah berteman dengan Reyna? Bukannya kita mau nemuin Pak Willy?”

Reyna kaget. Ternyata Faris tau namanya. Tidak disangka.

“Oh iya, aku sampe lupa cerita ke kamu, Riz. Reyna ini cinta dari masa kecilku yang pernah aku ceritain ke kamu. Dan tadi aku udah nembak dia. Terus sekarang aku mau tau jawabannya. Jadi ketemu Pak Willynya ditenda dulu, ya.

“A___apa?”

Rizqi Rizaldi mengangguk penuh percaya diri.

Fariz menahan perasaannya. Digenggamnya dengan kuat kepalan tangannya. Dan sorot matanya memancrakan kekecewaan dan kemarahan.

Reyna dan Chika saling andang tidak mengerti. Terlebih lagi Rizqi.

“Kalo gitu, gue duluan!” Fariz melangkah menjauh.

Kepergian Fariz diiringi oleh Reyna dengan tatapan keheranan.

“Re….” Rizqi menatap Reyna lekat-lekat.

Reyna harus menjelaskannya pada Rizqi. Ma’afkan Reyna, Qi!

“Rizqi, kuakui kamu memang cinta pertamaku. Dan aku gak akan pernah bisa melupakan cinta pertamaku ini. Aku mengerti perasanmu terhadapku. Dan aku juga yakin dengan perasaanku saat ini. “

“Maksud kamu?” Ada nada ketakutan dalam suara Rizqi.

“Rizqi, aku gak bisa membohongi diriku sendiri, apalagi dirimu. Sebenarnya___ saat ini….”

“Ada orang lain di hatimu?” Rizqi menebak pikiran Reyna.

Reyna terdiam. Rupanya Rizqi dapat mengerti ucapannya tadi.

“Huh!” Rizqi membuang nafas kecewa. Rasanya sangat menyakitkan, mengetahui cewk yang ditunggu dan dicarinya selama ini tak lagi mengharapkan dirinya. “Benarkah itu?”

Reyna tetap diam.

“Diam berarti ‘ya’.” Rizqi dapat memahaminya. Selama ini posisi kamu di hatiku tidak pernah diisi oleh gadis lain, Re. dan bisa kupastikan itu tidak akan pernah berubah sampai kapan pun.

Air mata Reyna menetes. Sebegitu besarnya kah perasaan Rizqi terhadapnya? Dia tidak mau menyakiti Rizq, tapi dia juga tidak mungkin bersama dengan orang yang tak mengisi hatinya. Tapi, kenapa dulu kamu ninggalin aku?

Rizqi tetap tenang. Meski kekecewaan semakin menywlimuti dirinya.

“Jadi itu keputusanmu saat ini?” Ada sebuah harapan yang tersirat dari ucapan itu.

Reyna menunduk sambil terisak.

Sementara itu di sudut sana, Fariz sedang memperhatikan Reyna dan Rizqi dengan kekhawatiran yang amat besar.

Chika menggenggam tangan Reyna, berharap dapa tmemberikan kekuatan.

“Re, aku tidak bisa menerima keputusanmu ini. Dan aku akan berusaha agar kamu dapat merubah keputusanmu ini. Aku akan terus berusaha, Re.”

Rizqi pergi menjauh. Dia sangat kecewa. Tapi Rizqi sudah bertekad tidak akan berhenti hanya sampai di sini.
“Ma’afkan aku, Qi.”

Chika merangkul pundak Reyna. Dan mengajak Reyna untuk melangkah menuju tenda mereka.

Setibanya di tenda, Reyna lengsung merebahkan dirinya. Lama Reyna terpaku pada ingatannya tentang Rizqi, cinta pertamanya yang harus tersakiti karena sekarang hati Reyna sudah terisi dengan nama Fariz.

*****
Ketika bangun tidur eok paginya, Reyna meras tidurnya yang tak lebih dari dua jam itu jauh lebih nyenya daripada biasnya. Entahlah. Padahal dia baru saja mengalami peristiwa yang cukup sulit.

“Rey, tadi malam aku benar-benar kaget. Untungnya aku gak syok. Ternyata Rizal mencintaimu. Jadi selama ini dia deketin aku untuk mencari tau tentang kamu.” Chika berujar.

“Rizqi deketin kamu?”

Chika mengangguk dengan sedih.

Rupanya tadi malam adalah saat-saat yang cukup sulit, bukan cuma bagi dirinya dan Rizqi yang, tapi juga bagi Chika.

“Chika…”

“Aku gak apa-apa. Masih ada banyak waktu koq. Masih ada waktu dan kesempatan kan?”

“Chika, ma’afin aku!”

“Ini bukan salahmu. Sama seperti Rizqi, aku juga akan terus berusaha.”

Kedua sahabat ini pun saling memberi senyum.

Rasanya senyum saja tidak cukup untuk melukiskan kekuatan dan keindahan persahabat Reyna dan Chika.

“Hei!” tegur Chika. “Tadi malam kita kan gak jadi makan. Air panasnya juga sudah dingin. Jadi kita mesti masak air lagi untuk sarapan pagi ini.”

“Oh, iya.”

“Karena ranting keringnya masih cukup, kamu saja yang ngambil airnya, ya?”

Reyna mengerlingkan matanya sambli tersenyum sebagai tanda setuju.

Setelah berpakaian dengan rapi, Reyna pun melangkah menuju air terjun yang tak jauh dari perkemahan mereka.

Di tengah jalan, Reyna berpapasan dengan Rizqi. Dan Rizqi bersikap sangat manis dengannya.

“Selamat pagi, Re! gimana tidurnya? Nyenyak?“ Sapa Rizqi.

Reyna tersenyum ragu, “Iya.”

“Mau ngambil air? Biar aka temenin, ya?”

“Terimakasih. Aku gak mau merepotkanmu.”

“Oke. Hati-hati, ya!” Rizqi tersenyum sebelum berlalu.

Rizqi…., Reyna membatin.

Setibanya di sisi bawah air terjun, Reyna bergerak menginjak bebatuan. Dan dia melangkah dengan perlahan, karena tampaknya batu-batu itu cukup licin.

Tapi, tiba-tiba….

“Ah!” Tanpa disadarinya, Reyna menginjak batu yang licin dan tergelincir. Hampir saja terjatuh. Untungnya ada seseorang yang dengan sigap mmegangi tangannya, menahannya agar tidak terjatuh di sungai itu. Dengan masih ketakutan dan kaget, Reyna mecoba untuk membuka matanya.

“Fariz?”

Fariz berdiri di hadapannya sambil memegang kedua tangannya.

Lama Reyna dan Fariz saling bertatapan. Antara tatapan keheranan, senang, dan bahagia.

“Sorry!“ Ucap Fariz dan dengan segera melepaskan tangannya setelah membantu Reyna membenarkan letak badannya.

“Terimakasih!” ucap Reyna dengan tersipu.

Keduanya jadi sama-saam salah tingkah untuk beberapa saat.

“Selamat, ya!” Ucap Fariz.

“Selamat? Untuk apa?”

“Selamat atas jadiannya kamu dengan Rizal.”

Reyna jadi ingat kembali kejadian tadi malam dengan begitu detail. Mulai saat Rizal mencoba mengingatkannya denag teman di masa kecilnya, Rizqi. Penjelasan Rizal bahwa dirinya adalah Rizqi. Ketika Rizal menyatakan perasaannya terhadap Reyna. Ketika Reyna harus jujur dengan menolak Rizal. Bagaimana besarnya kekecewaan yang dirasakn oleh Rizal lewat ucapannya. Dan tentang cinta pertamanya dulu. Dan tentang Fariz… lalu, tanpa terasa air mata Reyna menetes.

“Kamu menangis?”

Reyna tak bergeming.

“Apa yang telah terjadi? “Tanya Fariz. senag sekali bisa bicara berduaan dengan Reyna.

“Aku gak jadian dengan Rizqi, maksudku Rizal.” Sejenak Reyna merasa sangat bersalah dengan Rizqi bagaimana mungkin saat ini Reyna bisa menerima seseorang yang bukan Fariz? “aku tidak bisa bersamanya.”

“Apa kamu sedih karena itu?”

Reyna menggeleng. “Aku merasa bersalah karena udah nyakitin Rizqi, tapi aku juga gak mungkin bisa membohonginya dan perasaanku sendiri dengan menerimanya ah…”

Tiba-tiba hujan mendera, turun membasahi bumi.

Reyna dan Fariz pun serentak berlari mencari tempat untuk berteduh. Mereka berlindung di bawah pohon besar yang cukup rindang.

Fariz segera melapskan jaketnya. Lalu digunakannya untuk memayungi dirinya dan Reyna.

Keduanya saling bertatapan seoalah mengutarakan perasaan masing-masing.

Biarkan waktu berhenti. Biarkan keadaan tetap seperti ini. Bisa selalu bersama dengan orang yang dicintai.

Semoga ini merupakan awal yang indah. Dan semoga hari-hari berikutnya akan lebih baik dari hari ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar