Sabtu, 12 Mei 2012

JIMAT ITU….

Tessa melangkah masuk ke dalam kelasnya. Wajah cantiknya diselimuti wajah senyum manis yang tampak begitu bahagia. Sebelum duduk di kursinya, diobralnya dulu senyumnya pada Elly dan Andri. Kedua sohibnya itu mengerutkan kening keheranan. Pasi ada sesuatu nih kalo senyumnya kayak gitu, piker mereka. Lalu Tessa duduk tanpa menghiraukan keherenan dua sobatnya itu.

Tesaa membuka resleting tasnya. Dan diam-diam Elly melirik isi tas byang berwarna merah jambu itu. Elly langsung bergidik pas melihat isinya. Pasalnya di dalam tas sohibnya yang satu itu ada banyak benda-benda aneh yang beberapa mirip aksesoris.

Elly memandangi Tessa dengan keheranan.

“Kenapa mandangin gue kayaki lihat hantu gitu?” Tessa ngeh juga dipandangi seperti itu.

“Ngapain loe bawa barang gituan? Mau jualan?”

“Enak aja,” Tessa ngambil satu yang berwarna kuning dan menyodorkannya ke depan Elly. “Ini semua hadiah dari tante gue yang baru pulang dari Jepang setelah hamper lima tahun kerja di situ,” jelas Tessa.

“Jepang? Tapi bukan jimat kan?”

“Kalo benr jimat, emangnya kenapa?”

“What?” Elly jadi ngeri dengernya.

Tessa bilang, tantenya cerita kalo benda-benda itu di Negara asalnya dianggap sebagai jimat. Tapi, tante bilang, dia hadiahkan itu ke Tessa karena bentuknya yang lucu-lucu jadi Tessa bisa jadiin benda-benda itu sebagai koleksinya.

“Trus ngapain loe bawa sebanyak itu ke sekolah?” tanya Adri.

“Mau ngasih ke kalian. Jadi kalian bisa pilih sendiri.”

“Hah?” Elly dan Adri saling pandang kaget.

“Gelang warna biru ini mau gue kasih ke Kak Daniel,” celoteh Tessa sambil megang dua gelang keren yang berwarna biru dan pink.

“Apa? Cewek judes, jutek, and galak banget itu? Jadi loe serius naksir dia?”

Tessa mengangguk antusias. “Tante gue bilang siapa saja yang make gelang biru dan pink ini , mereka bakal jadi pasangan yang saling menyayangi untuk selamanya. Jadi Kak Daniel make gelang biru ini dan gue make yang pink ini.”

Elly hampir mau pingsan dengernya.

Semua calon murid baru di SMA itu tau kalo Daniel galaknya gak ketulungan. Emang sih, pertama kali lihat para kaum hawa udah pada jatuh hati pada ketampanannya dan stylenya yang keren banget itu. Tapi, sebagai ketua OSIS, Daniel itu disiplin banget. Jadi siapa pun yang ngelakuin kesalahan pasti bakal langsung dihukum. Meskipun gitu, tetep aja banyak cewek yang berharap bisa deketin Daniel bahkan jadi pacarnya. Gak terkecuali Tessa.

By the way, meskipun MOS baru empat hari, tapi Tessa sudah dapat hukum dua kali berturut-turut karena terlambat dating dan ketahuan sama Daniel. Hari pertama, dihukum mungutin sampai di seluruh lingkup sekolah. Hari kedua, dihukum ngepel lantai. Untungnya Tessa gak sendirian. Ada 12 siswa baru yang menemaninya. Bahkan ada tiga anak yang selalu telat hingga hari ke empat ini. Termasuk Adri.

Dan sejak hai pertama, nama Daniel udah terukur ini di hati Tessa.

*****
Tessa memandangi gelang dwi fungsinya, sebagai aksesoris dan jimat. Sudah hamper nimbus ke mata tuh gelang. Habisnya lama banget Tessa melototinnya.

“Wah ternyata bakso campur nasi goring enak juga, ya. Kegokilannya dalam nyampurin makanan bisa juga membuahkan hasil yang memuaskan, Say.”

Dua makhluk real memasuki kelas Tessa, cowok dan cewek. Kayaknya keduanya lagi kekenyangan deh. Keduanya bisik-bisik saat melihat Tessa yang lagi duduk bengong sendirian.

“Loe ngapain, Tess?”

Tessa sudah hapal banget sama tuh suara. So, dia gak perlu nengok lagi untuk nyari tau saipa yang menyapanya itu. Suara siapa lagi kalo bukan suara Elly. Dan kalo ada Elly pasti ada Adri, cowok yang suka nyobain sesuatu yang baru, khususnya dalam hal makanan.

“Gue lagi mikir, gimana caranya biar nich gelang bisa ada di pergelangan tangan Kak Daniel. Gue kan malu kalo mesti ngasih sendiri ke orangnya.

“jadi, loe nyia-nyiain waktu istirahat Cuma buat mikirin itu?”

Tessa mengangguk polos plus pasrah.

“Hmm….” Elly mikir.

Seketika suasana jadi hening.

Adri juga iktu berpartisipasi, yaitu melintir nyamuk yang mau nyobain darahnya Elly.

Gak lama setelah itu, Elly memandangi Adri dengan usil. “Suruh aja Adri.”

“Apa?” spontan Adri berontak. “Kenapa mesti gue?”

“Ya, loe kan satu-satunya cowok diantara kita.”

“Tapi, loe kan tau, gue gak suka sama si Daniel itu.”

Iya, soalnya Adri termaaaasuk siswa baru yang juga suka terlambat. Jadilah setiap hari dia selalu harus berurusan dengan Daniel yang menurutnya killer banget itu. Dan sebenarnya Elly juga gak suka sama Daniel. Tapi, karena sohibnya yang satu itu sudah falling in love sama cowok itu, yam au gak mau dia juga harus ikut ambil andil dalam membantu.

“Gak ada tapi-tapian. Pokoknya gimanapun caranya, loe harus bikin supaya Daniel mau make gelang itu.”

Tessa tersenyum senang, “Makasih, ya. Loe berdua emang sohib gue yang peliang baik.”

Sementara itu Adri yang dapat tugas cukup berat hanya bisa diam termenung sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya gak gatal.
*****
Saat jam makan siang, kedua kantin sekolah sudah dipenuhi oleh siswa-siswa yang cacing-cacing diperutnya udah
pada demo minta jatah makan. Jadilah ibu-ibu knatin hamper kewalahan melayani mereka.

Di salah satu dari dua kantin itu, tiga insane yang dua diantaranya sudah pada kekenyangan, nongfgkrong sambil merhatiin sosok lain yang juga lagi ngumpul sama teman-temannya.

“Show time!” ucap Elly yang lebih tepat disebut perintah. Elly melirik Adri yang tampangnya sudah cukup merana.

“Tapi….”

belum selesai Adri dengan kalimat yang akan diucapkannya, Elly sudah memotongnya dengan matanya yang melotot.

Adri pun langsung beranjak dari tempat duduknya.
“Good luck,ya,” Elly memberikan suntikan semangat pada Adri.

Sementara itu, keadaan Tessa sudah cukup memprihatinkan. Adri sudah bante memesankan sepiring siomay untuk Tessa. Tapi, bahkan sendok dan garpunya aja belkum disentuh Tessa sama sekali. Tessa yang tampangnya sudah kayak orang kesambet, bengong aja. Ya, tentunya Tessa lagi asyik memandangi Daniel.

“Huh….” Elly ngebuang nafas prihatin.”Jadi segitu sukanya loe sama Daniel?”

Adri menghampiri Daniel cs dengan sikap yang dibuat setenang mungkin.

“Kak Daniel!” panggil Adri.

Seketika obrolan cowok-cowok OSIS itu terhenti. Semua mata tertuju pada Adri.

Adri pun hamper jadi salah tingkah, untunglah dia cepat menetralisirnya.

“Ini!” Adri menyodorkan gelang berwarna biru itu ke depan Daniel.

Tanpa sepatah kata pun Adri mengerutkan keningnya sambil menatap heran pada Adri.

“Mohon diterima, ya,” ucap Adri lagi. “Itu sebagai tanda terimakasih buat Kakak.”

“Terimakasih buat apa?”

“”karena Kakak udah bersedia membimbing kami semua.”

Selang beberapa waktu, Daniel pun menerima gelang itu. “Makasih, ya.”

Lalu Adri kembali ke kursinya. Bisa juga Si killer itu berterimakasih, pikirnya. Adri memandangi Elly seolah bilang, akhirnya gue berhasil juga.

Elly pun mengangguk.

Tampak seulas senyumdi bibir Tessa .

Kemudian, Tessa pun memakai gelang itu bersamaan dengan Daniel yang juga memeakai gelang itu.

Tampak di seberang sana, Daniel sedang jadi pembicaraan cowok-cowok OSIS itu. Dan Daniel hanya menepisnya dengan tersenyum.

“Gimana? Udah seneng donk?!” goda Elly.

Tessa mengangguk sambil tersenyum. “Thank’s, ya.”

*****
Sepulang sekolah, peserta MOS keluar dari kelasnya masing-masing dengan tertib. Saat tiba gilirannya, Tessa melangkah dengan gugup karena hari ini di kelasnya ada Daniel yang kebagian tugas jaga di kelasnya.

“Kamu!” Tiba-tiba Daniel menunjuk kea rah Tessa. “Ke sini!”

Tessa kelimpungan. Dengan salah tingkah, Tessa menoleh pada Daniel.Dan dengna ragu, Tessa melangkah menghampiri Daniel yang ada di samping meja guru. Tak lupa dengna hati yang bertanya-tanya juga.

“Apa ini?” Daniel merebut tas Tessa dan menunjuk aksessoris jimatnya yang sudah bergantungan di tas itu.
Tessa muenunduk.

“Apa ini jimat?” tebak Daniel. “Kamu kan tau percaya sama jimat itu sama aja kayak syirik. Dan…..”

Heran, koq bisa-bisanya Daniel semarah itu pada Tessa padahal dia kan Cuma nyimpan jimat. Lagi pula, Tessa juga gak percaya sama jimat. Tessa cuma suka lihat bentuk-bentuknya yang unik. Soal gelang biru itu, Tessa Cuma ingin menghadiahkannya ke Daniel aja.

Nyebelin banget sih.

Seketika, Tessa dan Daniel pun langsung jadi pusat perhatian semua siswa yang ada di kelas itu.

Sedangkan Elly dan Adri Cuma bisa diam, nonton adegan dimarahi dan memarahi itu. Heran juga, kenapa Daniel bisa semarah itu hanya karena jimat-jimat itu.

Keduanya pun hanya bisa membantu dengan do’a, “Tuhan, tolong tabahkan Tessa dalam mengthadapi cobaan-Mu ini!. Aaamin…”

Adri langsung ngumpulin semua jimat Tessa di atas meja guru, “Dinasehatin malah nangis, omelnya. “Adri, buanmg semua barang aneh ini!” titah Daniel setelah semua jimatnya terkumpul.

Adri langsung bergerak ingin menjalankan perintah Daniel.

“Berhenti!” Tessa mengangkat kepalanya dan menatap Daniel. Lalu menuding Daniel. “Gak pa-pa kamu maki dan ngebentak aku. Tapi, aku paling gak suka sama orang yang gak punya perasaan yang ngebuang punya orang lain seenaknya. Denger, ya! Itu semua adalah hadiah dari tante aku. Dan aku sangat menghargai itu,” jelas Tessa dengan mata berkaca-kaca.

Adri diam mematung.

Dan semua yang ada di kelas itu semakin tercengan melihat keberanian Tessa membantah Daniel. Yang sebelumnya tak pernah ada siswa baru yang berani membantah Daniel. Tontonan gratis nich.

Sejenak Daniel pun terhenyak.

Waw! Elly kaget juga melihat keberanian Tessa kali ini. Elly gak menyangka Tessa bisa juga marah sama cowok yang sangat disukainya itu.

Tessa melangkah mendekati meja guru. Ia pun memunguti aksesoris-aksesoris jimatnya dan memasukkan semuanya kembali ke dalam tasnya. Setelah itu, Tessa berlari ke luar kelas.

Seenaknya dia ngebentak aku hanya karena jimat-jimat ini. Dia pikir, siapa dia. Tessa berlari dan terus berlari tanpa tahu kemana arahnya berlari. Hingga tanpa sadar, Tessa masuk ke dalam gudang sekolah dan mengubncinya dari dalam. Di situlah Tessa menumpahkan air matanya yang sedari tadi sudah ditahannya.

Tok! Tok! Tok!

Pintu gudang diketuk dari luar.

Tessa gak mempedulikannya. Tangisnya masih begitu memonopolinya.

Tok! Tok! Tok!

Pintu itu kembali diketuk.

Siapa? Pikir Tessa. Ia pun menghapus air matanya.

“Siapa?” tanya Tessa.

“Tessa…”

“Kamu…” tentu saja Tessa mengenali suara itu. Karena nama sang pemilik suara itu sudah terukir indah di dalam hatinya.

Tessa masih tak mau membuka pintu. Sekarang apa mau cowok itu? Memarahinya lagi?

“Tessa, tolong kasih aku kesempatan u ntuk menjelaskannya!” pinta Daniel.

Hening.

Bahkan tak terdengar isakan tangis lagi dari dalam sana.

Sekali lagi Daniel mengangkat tangannya, ingin diketuknya pintu itu lagi. Tapi, tiba-tiba pintu terbuka. Daniel pun mengurungkan niatnya itu.

Tessa tidak keluar. Dia tetap di dalam, menyandarkan tubuhnya di dinding.

Dengan perlahan dan berusaha seeeeyakin mungkin, Daniel pun melangkah masuk ke dalam tempat yang cukup berdebu itu. Ditemukannya Tessa yang bersandar di dinding dengan mata sembab. Daniel menghampiri Tessa.

“Kamu___ menangis?”

Tak ada jawaban. Bahkan Teesa tak mau memandang Daniel.

Daniel jadi salah tingkah. “Aku….”

“Kak!” Tessa menatap Daniel. Hmmm… tampannya. “Kak, aku gak tau kenapa Kakak bisa semarah itu hanya karena aku membawa barang-barang itu….”

“Aku cuma gak mau, kamu melangkah ke jalan yang gak benar.” sahut Daniel dengan cepat tanpa memandang Tessa. Daniel hanya tak ingin melihat wajah gadis di hadapannya sekarang. Daniel tak ingin menyaksikan seseorang yang disukainya, sedang marah padanya. Karena ternyata, hal itu cukup menyakitkan.

Tessa hampir saja tersenyum saat mendengar penuturan Daniel yang cukup singkat itu. Ternyata, Daniel juga memperhatikannya.

“Aku gak suka lihat kamu percaya sama jimat-jimat itu.”

Tatapan Tessa tak beralih dari wajah Daniel. Ia berusaha menemukan ketulusan yang dimiliki oleh cowok ini. “Kenapa? Apa karena Kakak cukup memperhatikanku?”

“Hah?” Daniel hampir terlonjak kaget. Kenapa Tessa bisa tau? Bukankah ia sudah berusaha menyembunyikannya sejak pertama kali melihat Tessa?

“Kak!” rengek Tessa.

“Sudahlah. Aku sudah menjelaskannya. Sekarang terserah kamu….” Daniel tetap berusaha menyembunyikannya.

Tessa hamper dapat membaca pikiran cowok ini sekarang. “Belum. Kakak belum menyelesaikannya,” bantah Tessa. “Apa yang masih ingin Kakak katakan itu?”

Apa ini sudah waktunya. Bukankah ini masih terbilang sangat singkat? pikir Daniel.

Sejenak Daniel menarik nafas panjang. Lalu diberanikannya dirinya untuk menatap Tessa. Lalu perlahan Digapainya kedua tangan Tessa. “Aku mohon, kamu jangan pernah percaya sama jimat lagi, ya. Aku gak mau orang yang menyukaiku tersesat karena itu.”

Tessa terhenyak. Setelah itu?

“Karena aku___ menyukaimu,” lanjut Daniel.

Tessa tersenyum bahagia. Hampir saja ia terlonjak girang mendengar pengakuan Daniel.

“Makasih, ya, Kak!” ucap Tessa tulus. “Aku janji, aku gak akan pernah percaya sama jimat lagi. Tapi, boleh kan aku tetap menyimpannya. Karena semuanya bagus-bagus, Kak.”

Tessa melepaskan genggaman tangan Daniel dan memandangi tangannya yang dilingkari gelang pink itu.

Mata Daniel melotot kaget saat melihat gelang Tessa. Ia menyadari gelang itu persis dengan gelangnya yang hanya warnanya yang berbeda.

“Apa itu? Itu sama dengan gelang yang dikasih Adri ke aku. Apa itu dari kamu? Apa itu juga jimat?” Daniel memberondong Tessa dengan banyak pertanyaan.

Tessa tertunduk takut-takut. “Tadinya itu memang jimat. Tapi, sekarang itu hanya aksesoris biasa. Karena aku sudah gak percaya lagi sama jimat,” jelas Tessa.

“Syukurlah!” ucap Daniel sambil berusaha melepas gelangnya.

“Jangan!” tahan Tessa dengan menahan tangan Daniel. “Kumohon!” tessa memasang wajah memelas.

Daniel melototin Tessa lagi. Ya, dia memang gak suka banget dengan jimat apalagi jika harus memakainya.

“Anggap saja itu sebagai kenang-kenangan dari aku. Biar kakak bisa terus ingat sama akuu. Dimanapun dan kapanpun.” ucap Tessa seolah seprti anak kecil.

Sikap Tessa yang seperti itu, tak elak lagi membuat Daniel luluh juga. Dia pun tersenyum sambil membelai rambut Tessa dengan lembut.

*****
Sementara itu, ai luar gudang ada dua pasang mata yang sedari tadi sedang mencuri dengar pembicaraan Tessa dan Daniel.

“Gak nyangka, ya.” ucap si cewek. “Ternyata Kak Daniel yang tampak segitu galaknya ternyata juga mempunyai perasaan yang sama terhadap Tessa. Dan marahnya ke Tessa adalah caranya untuk menunjukkan perhatiannya.”

“Iya. Dan dia bakal sering bareng kita. Karena Tessa kan gak mungkin jauh-jauh dari kita,” sahut si cowok seolah hamper putus asa. “Oh, tidak!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar