Sabtu, 12 Mei 2012

SALAHKAH AKU YANG MENYUKAINYA?

Duduk di sudut yang gelap. Di sebuah ruangan yang berdebu dan begitu berantakan.sudah beberapa kali dilihatnya kecoa-kecoa dan tikus-tikus berkeliaran. Ia hanya duduk sambil memejamkan matanya setiap kali samar-samar dilihatnya binatang-binatang itu. Ia duduk sambil mendekap kakiknya di depan dadanya sambil tak henti menangis sesenggukan dan gemetar keatakutan. Mallu dan berbagai kemungkinan yang memnuhi pikirannya.

Sementara itu di luar sana, teriakan, cacian, maki8an, juga bentakan tertuju padanya. Tak ada yang bisa dilakukannya. Ia tak mungkin bisa melawan mereka yang sebanyak itu seorang diri.

Fiersha membayangkan awal dari semua kemalangannya ini.

Firshya tidak memiliki teman dekat yang bisa diajaknya untuk curhat. Biasanya ia menumpahkan perasaan dan pikirannya lewat tulisan di buku diarynya.

Malam itu, Fiersha mulai menulis lagi.

Aku baru mengenalnya hari ini. Dia orang pertama yang kutemui di SMA ini. Mereka menyebutnya pangeran. Tentu saja itu sebutan yang sangat pantas untuknya. Selain tampan dengan style yang sangat keren, dia juga sangat manis dan memiliki banyak talenta. Dan mereka bilang dia juga anak paling kaya di SMA ini. Dia seorang pemain basket, vokalis sekaligus gitaris band andalan sekolah. Tapi, kau tau? Aku menyukainya bukan karena itu. Aku menyukainya lewat sepasang mata teduh dan seulas senyum manis yang dimilikinya.dan entah karena apa lagi yang tak bisa kukisahkan karena aku sendiri belum mengetahuinya dengan jelas. Dan detaka jantungku berijma dengan sangat syahdu setiap kali kulihat sosoknya. Dialah pangeran hatiku. Radit.

Tapi, tiba-tiba hari itu semuanya berubah menjadi sangat menakutkan. Tiba-tiba cewek model yang ada di kelas XII IPS 2, mendatanginya sambil memaki Fiersha.

“Dasar, Kuper! Tau diri donk!!”

Fiersha kaget dan jadi agak takut.

“Seenaknya bilang Radit pangeran hati loe!” dijambaknya rambut FIersha. “Radit itu pangeran sekolah! Bukan pangeran loe! “

“A... Apa maksud kakak?”

“apa maksud kakak? Ternyata selain kuper, loe juga bego, ya!”

“Salah aku apa, ya?”

“Apa salah loe?” Margareth menarik tangan Fiersha dengan kasar. “ Sini loe!”

Dan dengan terpaksa Fiersha mengikuti langkah Margareth. Sebenarnya apa yang sedang terjadi. Bahkan semua siswa yang mereka lewati, memandang Fiersha dengan sinis dan marah.

“Ini apa?” margareth menunjuk sebuah kertas yang tertempel di Mading sekolah setelah mendorong Fiersha ke depan MAding. “haha? Masih nyangkal loe?!! Asal loe tau, gak pernah ada yang berani bilang Radit pangerannya. Semuanya pasti bilang, Radit pangeran sekolah! Karena Radit belum memilih seseorang sebagai putrinya. Dan meskipun dia sudah memilih, tidak mungkin putri itu gadis kuper dan bego kayak loe!” bentak Margareth.

Mata Fierhsa terus tertuju ke madding. Apa itu? Itu tulisan tangan tentang perasaannya yang ditulisnya bheberapa malam yang lalu. Kenapa tulisan itu ada di Mading sekolah? Bagaimana bisa? Fiersha ingin melangkah kembali ke kelasnya, ingin memeriksa buku diarynya.

“Mau kemana loe?” margareth kembali menangkap tangan Fiersha dan memegangnya dengan sangat kuat.

“Aww!”tentu saja itu membuat Fiersha kesakitan.

“Loe boleh seneng waktu nulis ini. Tapi, jangan piker loe bakal bisa hidup tenang setelah ini! Kami semua gak mau pangeran ketiban sial karena cewek kayak loe!”

Fiersha memandangi Margareth dengan marah. Apa-apaan ini? Kenapa dia semarah ini hanya karena Fiersha menulis, Radit pangeran hatinya?

“Pergi loe!” teriak Margareth.

Fiersha berjalan kembali kea rah sekolahnya. Tapi, belum jauh ia melangkah, seseuatu menghalangi kakinya hingga ia terjatuh ke lantai.

Semua siswa yang melihatnya menertawakannya.

Lalu, Fiersha bangkit lagi yang tiba-tiba seember air langsung disiram ke wajahnya.

Fiersha melihat ke sekelilingnya. Semua siswa terus memandanginya dengan penuh kebencian tanpa terkecuali.

Apa-apaan ini? Kenapa semuanya jadi berwsikap seperti ini padanya. Ini kan hanya masalah kecil.

Fiersha kembali melangkah. Tepat di depan pintu kelasnya, Fiersha dihalangi oleh seorang gadis yang berkacak pinggang.

“Menyenangkan, bukan? Permainan baru dimulai, Fiersha! Kami semua tidak akan membiarkanmu bisa bernafas lega di sekolah ini.” bisik gadis itu dengan sinis.

Fans-fans yang sangat menakutkan. Di mana Radit sekarang. Mungkin hanya dia yang bisa menghentikan ini semua.

*****
Ya, apa yang dibicarakan Margareth waktu itu, semuanya benar-benar terjadi. Sudah seminggu ini, Fiersha terus-terusan dikerjai anak-anak di sekolahnya. Mulai dari dimasukkan tikus ke dalam tasnya, kursinya diberi lem tikus, difitnah, dimaki, diejek, sampai sepeda kesayangannya dirusak jadi berkeping-keping. Dan anehnya gak ada satupun yang berada di pihaknya. Guru sekali pun tidak. Ini sekolah atau tempat apa sih?

Selain itu, Fiersha tak pernah lagi melihat Radit sejak seminggu yang lalu. Kabar tentang dirinya pun tidak ada. Apa sesuatu telah terjadi padanya? Apa dia baik-baik saja?

Dan inilah puncaknya. Dan ini benar-benar membuat Fiersha ketakutan. Apakah menyukai orang bisa membuat diri sendiri semenderita ini? Dan ini juga hal pertama yang membuatnya menangis karena insiden ini. Dengan paksa, Fiersha diseret beberapa siswi yang dipimpin oleh Margareth dan disaksikan oleh semua siswa. Dan semua siswa yang mereka lewati melempari Firsha dengan telur busuk dan tepung busuk juga. Fiersha diseret dan dilempar begitu saja ke dalam gudang sekolah dan menguncinya dari luar.

Fiersha menangis. Bagaiman bisa mereka melakukan ini semua terhadapnya? Ini sudah benar-benar melanggar hak asasi manusia. Apa Radit dan guru-guru tidak bisa menghentikan perlakuan mereka yang sungguh tidak berprikemanusiaan ini terhadapnya? Di mana mereka?

“Dasar kutu busuk! Loe emang pantesnya di situ! Bareng temen-temen loe yang sama busuknya itu, kecoa-kecoa dna tikus-tikus. Biar loe nyadar diri.” maki Margareth dari luar gudang.

“Berani-beraninya loe bilang, Radit pangeran hati loe! Nyadar diri donk! Apa pantes loe jatuh cinta sama Radit!”

Apa salahnya jatuh cinta? Radit pantas dicintai dengan tulus bukan dengan perasaan yang menggebu-gebu penuh dengna keegoisan seperti yang mereka rasakan. Fiersha bukan orang yang mudah berubah apalagi yang ada kaitannya dnegan perasaan.

Tapi, sekarang Fiersha tak mau memperpanjang masalah ini lagi. Tak ada gunanya dia melawan mereka yang penuh dengan kebencian itu dengan kebencian juga.

Saat semuanya berteriak dan memakinya, diam adalah pilihan terbaiknya. Ia tak mau menyerah. Tapi, rasanya ia juga tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Ini sudah benar-benar keterlaluan.

“Biar mampus loe sekalian!”

*****
Tepat saat jam pulang sekolah, tiba-tiba piintu gudang terbuka. Pintu yang berderet menyadarkan Fiersha yang terkulai lemas.dengan lemah, Fiersha bangkit berdiri. Dengan gontai, ia berjalan sambil memegangi kepalanya yang terasa begitu pusing.

Setibanya di luar, dilihatnya ke sekelilingnya. Sepertinya semuanya sudah pulang. Koridor tampak sangat sunyi didampingi dinding-dinding yang membisu. Tak terdengar suara-suara ataupun hanya derap langkah kaki.

Fiersha berjalan menuju kelasnya. Setelah membereskan barang-barangnya yang berserakan di lantai kelas dan ada beberapa yang sudah rusak, Fiersha bergegas kembali melangkah. Kali ini langkahnya menuju temapt parker untuk mengambil sepedanya. Lalu dengan lambat, ia mengayuh sepedanya menyeberangi lapanagn sekolah yang cukup luas kea rah gerbang sekolah.

Tapi, tiba-tiba…..

Brakkk!

Sesuatu menabrak sepedanya dengan sangat keras.

Fiersha pun terlempar jauh dan terjatuh seketika. Tubuhnya terhempas. Rasa sakit langsung memenuhi seluruh tubuhnya. Di beberapa bagian tubuhnya pun mengalami luka dan berdarah. Fiersha terkulai lemas.

Sebuah mobil Honda jazz hitam sedang memamerkan dirinya di tengah lapangan itu. Tak berapa lama, pemilik mobil keluar dengan penuh rasa kesombongan dan kemenangan. Dengan samar-samar, Fiersha dapat melihat semua itu. Margareth! Margareth memandangi Fiersha dengan jijik.

Lalu terdengar suara gelegar tawa. Denagn sangat perlahan, Fiersha mengitari sekelilingnya. Seluruh siswa tampak sedang memandanginya sambil tertawa dan terus emngejeknya.

“Bego loe! Loe piker, loe bisa bernafas lega setelah ini?! Gak akan, tikus got! Kami gak akan tinggal diam loe akan terus hidup dalam penderitaan! Untuk selamanya!” maki Margareth.

“Margareth!” teriak marah seseorang. Dan seketika gemuruh suara itu terhenti.

Fiersha ingin melihat kea rah suara itu, tapi tiba-tiba ia tak melihat apa-apa lagi. Semuanay gelap.

*****
Ia membuka matanya. ia melihat dengan samar sebelum dapat melihat dengan jelas. Lalu diedarkannya pandangannya ke sekelilingnya. Putih. Di mana dia sekarang?apaka ia sudah….

“Fiersha! Kamu sudah sadar?” seru sengan sebuah suara yang begitu dikenalnya.

“Ka…” seru Fiersha dengan lemah.

“Fiersha, syukurlah.” Cowok itu menggenggam tangan Fiersha sambil tersenyum terharu.

Fiersha pun berusaha tersenyum.

“Bisa-bisanya kamu nyembunyiin masalah sebesar ini sama kakak! Perlakuan mereka sudah di luar tingkah manusia, Sha. Harusnya kamu bilang dari awal. Kamu tau kan aku begitu mengkhawatirkanmu.”

“Kak!” ucap Fiersha dengan pelan. “Aku sudah gak apa-apa. Kakak tidak perlu cemas lagi.” Fiersha mencoba menenangkan kakaknya, Angga.

Fiersha dan Angga adalah kakak beradik yang saling menyayangi. Apalagi sudah hamper setahun ini kedua orang tuanya kerja di luar negri. Jadilah mereka berusaha saling melindngi dan menjaga. Tapi, rasanany Angga telah gagal melindungi adiknya, karena itu dia begitu marah dengan kejadian ini.

“Kakak sudah lapor ke pengacara papa. Dan sekarang masalah ini sedang dalam tahapan penyelidikan untuk mendapatkan bukti-bukti yang akurat dan akan segera dilangsungkan sidangnya.”

“Tapi, Kak….”

“Kamu gak perlu takut. Kan ada Kakak. Kakak gak akan membiarkanmu mengalami hal seperti ini lagi.” Angga membelai rambut adik semata wayangnya. “Kepindahanmu juga sudah diurus. Dan satu sekolah itu yang akan bertanggung jawab dengan kejadian ini.”

“Semuanya?” Fiersha memikirkan Radit. Radit tidak boleh ikut diadili karena dia tidak tahu apa-apa tentang ini.

“Tapi, Radit….”

“Kamu masih memikirkannya? Bukankah kamu diperlakukan seperti ini karena dia!”

Fiersha menggeleng dengan lemah. Tubuhnya masih sangat lemah dan sakit. Kak Angga pasti akan melakukan yang terbaik untuk dirinya. Tapi, ini bukan salah Radit. Radit bahkan tidak pernah melihat ke arahnya apalagi menggodanya hingga Fiersha bisa menyukainya. ini adalah perasaannya sendiri yang begitu menyukai radit. Meskipun, akhirnya harus begini, Fiersha tidak menyesal telah emnyukai Radit.

“Sudahlah. Kamu istirahat saja. Jangan memikirkan macam-macam dulu,” nasehat Kak Angga.

*****
Sementara itu lewa kaca jendela kamar rumah sakit itu, seorang pria mengintip dan mencuri dengar perbincangan kedua kakak beradik itu. Lalu, ia menunduk dan bersandar di pintu itu. Sebegitu besarnya rasa suka yang dimiliki Fiersha terhadap dirinya. Bahkan ia tak menyalahkanku berkaitan dengan apa yang telah terjadi pada dirinya sendiri.

Fiersha, sebenarnya aku begitu senang saat membaca tulisanmu di diary yang kamu tinggalkan di perpustakaan itu. Dan hari itu, saat aku menempelkannya di Mading, aku berharap akan langsung mengumumkan bahwa aku juga menyukaimu dan ingin kamu yang menjadi putriku. Tapi, ma’af. Hari itu, aku dapat kabar tentang ibuku yang sedang ada di Sukabumi, di tempat nenekku. Beliau sakit. Jadi selama seminggu itu aku menemani beliau dirawat di rumah sakit terdekat sampai beliau membaik. Lalu, saat aku sudah kembali ke sekolah, aku menyaksikan kejadian itu. Aku melihat mobil Margareth menabrakmu dengan brutal. Dan kata-kata kasarnya terhadapmu benar-benar hal buruk. Ma’af, Fiersha. Aku bahkan tidak bisa datang menjengukmu. Kakakmu___ dia pasti sangat marah dan benci padaku. Fiersha, meskipun enah sampai kapan aku baru bisa menyatakan perasaanku kepadamu, setidaknya dalam waktu dekat ini, aku masih bisa melakukan hal baik padamu.

Lalu, tiba-tiba pintu kamar itu dibuka dari dalam.

Pria ini langsung menyadarinya dan berdiri dengan agak takut karena merasa sangat bersalah.

Angga memandangi pria yang sekarang berdiri dihadapannya dari atas sampai bawah. Hamper saja emosinya kembali meledak setelah disadarinya pria itu memakai seragam SMA yang sama dengan seragam SMA adiknya.

“Kamu….!”

Pria itu menundukkan kepalanya dengan hormat ssambil menyodorkan sebuah kaset video. “ Kumohon, terimalah.”

Sejenak, Angga dapat mengendalikan emosinya. “Apa ini? Kamu siapa?”

“Sekarang hanya ini yang bisa kulakukan untuk adikmu.” ucap pria itu. “Ma’afkan aku!”

Pria ini pun langsung berlari menjauh.

Dengan keheranan, Angga membolak-balik kaset video itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar