Rabu, 23 Juni 2010

postpartum blues

BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG

Post Partum Blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu.
Kontinum permasalahan dan kondisi berlanjut tersebut digolongkan dalam jenis gangguan depresi. Kemunculan depresi ini diperikirakan setelah 4 minggu setelah melahirkan atau secepatnya setelah bayi keluar dari rahimnya.
Perubahan hormon dan perubahan hidup ibu pasca melahirkan juga dapat dianggap pemicu depresi ini. Diperikiran sekitar 50-70% ibu melahirkan menunjukkan gejala-gejala awal kemunculan depresi post partum blues, walau demikian gejala tersebut dapat hilang secara perlahan karena proses adaptasi dan dukungan keluarga yang tepat.
Post Partum Bluess ditandai dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi, sedih, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari. Namun pada beberapa minggu atau bulan kemudian, bahkan dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat.
Post-Partum Blues ini dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak ditatalaksanai sebagaimana seharusnya, akhirnya dapat menjadi masalah yang menyulitkan, tidak menyenangkan dan dapat membuat perasaan perasaan tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan kadang-kadang gangguan ini dapat berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis pasca-salin, yang mempunyai dampak lebih buruk, terutama dalam masalah hubungan perkawinan dengan suami dan perkembangan anaknya.


Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah:
1) Faktor hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase. Yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi
2) Faktor demografik
Yaitu umur dan paritas
3) Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4) Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan
Yaitu tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan,
riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diangkat dalam kasus ini adalah “bagaimana proses asuhan kebidanan klien dengan post partum bluess”. Dengan mengetahui karektaristik tersebut, diantaranya yaitu :
• Pengertian Post Partum Bluess ?
• Apa penyebab terjadinya Post Partu Bluess ?
• Bagaimana kondisi ibu yang memungkinkan terjadinya Post Partum Bluess ?
• Apa gejala yang terjadi ?
• Bagaimana cara mengatasinya ?

C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan post partum bluess tersebut.
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya post partum blues.
c. Mengetahui cara penanganan post partum bluess sedini mungkin sebelum berlanjut ketingkat yang lebih parah.

D. MANFAAT
1. Bagi Penulis
Setelah menyelesaikan makalah ini diharapkan kami sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab, penatalaksanaan, penanganan dan pencegahan post partum blues.
2. Bagi pembaca



BAB II
TINJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN
Post Partum Blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Kemunculan depresi ini diperikirakan setelah 4 minggu setelah melahirkan atau secepatnya setelah bayi keluar dari rahimnya.
Perubahan fisik dan emisional yang kompleks, memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosial cultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke tingkat gangguan jiwa yang berat.
Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita dalam menghadapi aktivitas dan peran barunya sebagai ibu pada minggu-minggu atau bulan-bulan pertama setelah melahirkan, baik dari segi fisik maupun segi psikologis. Sebagian wanita berhasil menyesuaikan diri dengan baik, tetapi sebagian lainnya tidak berhasil menyesuaikan diri dan mengalami gangguan-gangguan psikologis dengan berbagai gejala atau sindroma.
Post Partum Bluess ditandai dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi, sedih, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan. Gejala-gejala ini mulai muncul setelah persalinan dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa hari.
Beberapa kondisi yang dapat memunculkan depresi post partum blues :
1. Ibu yang pernah mengalami gangguan kecemasaan termasuk depresi sebelum hamil.
2. Kejadian-kejadian sebagai stressor yang terjadi pada ibu hamil, seperti kehilangan suaminya.
3. Melahirkan di bawah usia 20 tahun.
4. Kondisi bayi yang cacat, atau memerlukan perawatan khusus pasca melahirkan yang tidak pernah dibayangkan oleh sang ibu sebelumnya.
5. Ketergantungan pada alkohol atau narkoba.
6. Kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, suami, dan teman.
7. Kurangnya komunikasi, perhatian, dan kasih sayang dari suami, atau orang yang bersangkutan dengan sang ibu.
8. Mempunyai permasalahan keuangan menyangkut biaya, dan perawatan bayi.
9. Kurangnya kasih sayang dimasa kanak-kanak.
10. Adanya keinginan untuk bunuh diri pada masa sebelum kehamilan.

Gejala Utama :
 Perasaan negatif terhadap bayi yang dilahirkannya.
 Kesulitan untuk tidur.
 Perubahan drastis berat badan.
 Kelelahan dan lesu.
 Adanya perasaan untuk membenci pada diri sendiri, perasaan bersalah, individu merasa dirinya tidak berguna untuk orang lain.
 Sama sekali tidak bisa berkonsentrasi terhadap masalah kecil sekali pun.
 Menarik diri dari lingkungan, kehilangan terhadap minat social.
 Mudah marah, mudah terhasut dan kegelisahan secara mendalam.
 Kehilangan gairah terhadap sesuatu hal (aktivitas).
 Kehilangan harapan, pesimistik.
 Merencanakan dan percobaan untuk bunuh diri.

Banyak faktor diduga berperan pada sindroma ini, antara lain adalah:
1. Faktor hormonal
Berupa perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin dan estriol yang terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kadar estrogen turun secara bermakna setelah melahirkan, ternyata estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim monoamine oksidase. Yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi baik noradrenalin maupun serotonin yang berperan dalam suasana hati dan kejadian depresi
2. Faktor demografik
Yaitu umur dan paritas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan
Yaitu tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan yang tidak diinginkan,
riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman).

Untuk mengatasinya ada beberapa hal yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Aturlah waktu untuk beristirahat, coba untuk tidur terutama saat bayi sedang tidur.
2. Berolahraga secara teratur, terutama selepas melahirkan ada senam nifas yang dapat dilakukan selama 40 hari setelah melahirkan.
3. Konsumsi makanan yang sehat.
4. Tingkatkan rasa percaya diri, yakinkan bahwa anda adalah seorang ibu yang hebat meskipun bukan seorang superwoman.
5. Luangkan waktu untuk diri sendiri seperti jalan-jalan ke swalayan, pergi ke salon.
6. Menyadari bahwa setiap bayi adalah individu yang unik dan merupakan anugerah terindah yang dipercayakan kepada ibu untuk dibesarkan dengan penuh kasih sayang.
7. Menyadari bahwa ada ibu lain yang mengalami hal serupa, oleh karena itu berbagi pengalaman dan belajar dengan ibu-ibu yang lain juga dapat membantu mengatasi keadaan ini.



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Post Partum Blues merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti kemunculan kecemasan, labilitas perasaan dan depresi pada ibu. Kemunculan depresi ini diperikirakan setelah 4 minggu setelah melahirkan atau secepatnya setelah bayi keluar dari rahimnya.
Post Partum Bluess ditandai dengan gejala-gejala seperti : reaksi depresi, sedih, menangis, mudah tersinggung (iritabilitas), cemas, labilitas perasaan, cenderung, menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan.
Faktor penyebab terjadinya post Partum Bluess, antara lain adalah:
1. Faktor hormonal
2. Faktor demografik
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakang psikososial wanita yang bersangkutan

Cara mengatasinya adalah, dengan mempersiapkan persalinan dengan lebih baik, tidak hanya materi tapi yang lebih penting dari segi psikologi dan mental si Ibu. Agar Ibu dapat mengatur dan beradaptasi terhadap setiap perubahan yang ada didalam dirinya maupun diluar dirinya, mulai saat kehamilan, proses persalinan dan setelah persalinan. Selain itu perhatian-suport dari suami, teman terdekat dan keluarga sangat dibutuhkan.
Para ibu ini membutuhkan dukungan pertolongan yang sesungguhnya. Para ibu ini membutuhkan dukungan psikologis seperti juga kebutuhan fisik lainnya yang harus juga dipenuhi. Mereka membutuhkan kesempatan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dari situasi yang menakutkan. Mungkin juga mereka membutuhkan pengobatan dan/atau istirahat, dan seringkali akan merasa gembira mendapat pertolongan yang praktis. Dengan bantuan dari teman dan keluarga, mereka mungkin perlu untuk mengatur atau menata kembali kegiatan rutin sehari-hari, atau mungkin menghilangkan beberapa kegiatan, disesuaikan dengan konsep mereka tentang keibuan dan perawatan bayi.
Dukungan yang memadai dari para petugas kesehatan, yaitu: dokter , bidan, dan perawat sangat diperlukan, misalnya dengan cara memberikan informasi yang memadai, adekuat tentang proses kehamilan dan persalinan, termasuk penyulit-penyulit yang mungkin timbul dalam masa-masa tersebut serta penanganannya.Agar ibu merasaa lebih percaya diri.
Dibutuhkan pendekatan menyeluruh/holistik dalam penanganan para ibu yang mengalami Post-Partum Blues . Pengobatan medis, konseling emosional, bantuan-bantuan praktis dan pemahaman secara intelektual tentang pengalaman dan harapan-harapan mereka mungkin pada saat-saat tertentu. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa dibutuhkan penanganan di tingkat perilaku, emosional, intelektual, sosial dan psikologis secara bersama-sama, dengan melibatkan lingkungannya, yaitu: suami, keluarga dan juga teman dekatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar