Minggu, 31 Januari 2010

6 yang paling di dunia

Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. laluImam Al Ghozali mengajukan 6 pertanyaan.

1. Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?


Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar, tetapi yang paling dekat dengan kita adalah “MATI”. Sebab itu sudah janji ALLAH SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (Ali Imran 185)


2. Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?


Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan , matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi, yang paling benar adalah “MASA LALU”. Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu, kita harus menjaga hari-hari ini dan hati-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.


3. Apa yang paling besar di dunia ini?


Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang palin besar dari yang ada di dunia ini adalah “NAFSU” (Al A’raf 179). Maka kita hgarus berhati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.


4. Apa yang paling berat di dunia ini?


Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling berat adalah “MEMEGANG AMANAH” (Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, malaikat semua tidak mampu ketika ALLAH meminta mereka menjadi kafilah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi, manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan ALLHA SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.


5. Apa yang paling ringan di dunia ini?


Ada yang menjawab debu, kapas, angin, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling ringan di dnia ini adalah “MENINGGALKAN SHALAT”. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan shalat, gara-gara meeting kita tinggalkan shalat.

6. Apakah yang paling tajam di dunia ini?


Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang…. Benar kata Imam Ghajali. Tapi myang paling tajam adalah “LIDAH MANUSIA” karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri.

Jumat, 15 Januari 2010

Opera Hati

Aku memandangi sebidang tanah yang senyap. Tampak dari mata, tempat itu begitu tenang. Dengan pohon bunga kenanga di samping stiap gundukan yang ada. Pembaringan yang senantiasa ditemani semilir lembutnya angin. Hatiku gundah, terus atau berbalik…. Rasanya aku tak sanggup. Tapi, aku begitu ingin menemuinya. Walaupun hanya sekedar untuk menyapa. Andai kesempatan itu menghampiriku.

Akhirnya…..terasa ringan kakiku melangkah. Dengan mata berat yang berusaha menahan butir-butir beningnya, aku memberanikan diri mendekatinya.

Aku melangakah, menjajaki rumput-rumput pendek yang terwat. Berkali-kali kucoba menenangkan diri. Perlahan kutarik nafas dalam-dalam, lalu kuhembuskan semantapnya. Aku akan menemuinya, meski hanya begitu semu.

Langkahku terhenti di sebuah gundukan. Gundukan tanah merah yang sudah ditumbuhi rerumputa. Gundukan ini bergitu berbeda dengan gundukan lainnya. Di samping gundukan ini___tumbuh sebatang bunga mawar. Mawar merah yang begitu indah. Tampak masih begitu segar dengan kelopaknya yang berseri. Sebuah gundukan yang memang disediakan untuk ku dan orang lain yang sedang sepertiku saat ini.

Kucolek tanah merah di atas gundukan itu. Lalu di nisannya, kutorehkan sebuah nama yang begitu kukenang. Kembali kuhirup nafas dengan perlahan, lalu kuhembuskan. Kutarik seulas senyaum di bibirku.sejenak___kumenerawang jauh ke masa silam.

Dan ku mulai bicara….

Hai, apa kabar ? (selalu kalimat ini yang ingin kusampaikan padanya. Kalimat yang kutahu takkan tersampaikan sampai kapanpun)

Aku seneng banget bisa ketemu sama kamu lagi. Ya__meski aku agak sedikit takut. Entahlah___Mungkin kamu akan menertawakanku kalo kamu tau tentang hal ini. Dan dunia pyn sudah pasti akan menertawakanku, bahkan mungkin akan mencelaku.

(sebah perasaan yang sampai saat ini masih terpupuk asri di hati. Setelah sekian lama___bahkan tak saling bertemu lagi. Sangat lama)

Sudah kucoba untuk melupakanmu. Atau setidaknya hanya menganggap kau sebagai kenangan terindah yang tak mungkin terulang. Ini pin tak mamo\pu kulakukan. Ma’afkan aku…. Ku tau ini salah. Tapi aku harus bagaimana lagi? Aku selalu mencoba__sekarang__dan seterusnya__aku akan terus mencoba untuk melupakanmu.

Setiap ku merasa sudah mampu, bayangan tentangmu kembali menghampiriku. Bahkan aku selalu diterbangkan oleh sebuah harapan. Harapan tentang sebuah kesempatan. Kesempatan akan bertemu denganmu kembali. Padahal aku tau, hal itu seperti satu perbanding setrilyun dari kenyataan yang ada. Jarak diantara kita begitu jauh. Belum lagi jarak diantara hati kita, entah dengan apa baru bisa terukur. Aku tau kemungkinan terbesar adalah tidak bisa bertemu denganmu lagi.

Dan semakin kumencoba menghilangkanmu dari benakku, semakin harapan itu menghantuiku. Harapan yang dapat kupastikan__takkan mungkin menjadi nyata.

Aku tak minta apa-apa. Cukup__dapat melupakanmu__adalah hadiah terindah yang selalu kudambakan.

Bukan akrena aku membencimu. Terlebih, karena aku sangat merindukanmu.

Dan__bohong jika kubilang bahwa perasaan yang seperti ini bukanlah suatu beban. Entahlah…. Tapi, kadang__aku sangat merasa nyaman karenanya. Entah mengapa.

Memang__kadangada rasa takut jika memikirkan akan kehilangan perasaan yang seperti ini. Rasa yang sedang merindukanmu. Dan aku harus kembali ke dunia nyata. Jalan yang terbentang di depankulah yang berhak kufikirkan. Meski__kadang harapan itu muncul menjadi kabut wangu yang menghalangi pandangan jalan di depanku. Dan saat kumenengok ke belakang__justru bayangan tentangmu yang dengan bangganya merongrong. Setelah itu aku hanya bisa menunduk, membiarkan diri diombang-ambingkan olehnya.

Dan aku akn terus mencoba menghilangkanmu, hingga tak ada bekas sedikitpun. Dukung aku, ya!

Kuhapus nama di nisan ini. Kuberdiri. Sebelum kutinggalkan tempat ini, sekali lagi kupandangi gundukan tanah merah berumput dan bernisan tanpa nama ini. Lalu aku melangkah dengan takad yang utuh. Aku harus melupakannya!

Semilir angin membawa aroma kenangan dan mawar merah. Dan menjadikannya sebagai aroma wangi yang begitu istimewa.

Aku tak menganggapnya telah meninggal. Aku hanya ingin meyakinkan diriku sendiri bahwa dia bukan seseoarang yang terbaik itu. Dan ingin kuyakinkan diriku untuk tidak merindukn seseorang yang bahkan tak kuketahui apapun tentangnya saat ini. Yakin, bahwa aku bisa melupakannya__menjadi butir-butir semangatku. Dia adalah kenangan terindah yang tak mungkin terulang.

PUISI FATIMAH BINTI MUHAMMAD SAW DI PUSARA RASULULLAH SAW

Nafasku tersekat dalam tangisan
Duhai, mengapa nafas tak lepas bersama jeritan
Sesudahmu tiada lagi kebailan dalam kehidupan
Aku menangis karena aku takut hidupku akan kepanjangan


Kala rinduku memuncak ,
Kujenguk pusaramu dengan tangisan
Aku menjerit meronta tanpa mendapatkan jawaban
Duhai yang tinggal dibawah tumpukan debu, tangisan memelukku
Kenangan padamu melupakan daku dari segala musibat yang lain
Jika engkau menghilang dari mataku ke dalam tanah
Engkau tidak hlang dari hatiku yang pedih


Berkurang sabarku bertambah dukaku
Setelah kehilangan Khatamul Anbiya
Duhai mataku, cucurkan air mata sederas-derasnya
Jangan kau tahan bahkan linangan darah
Ya Rasul Allah, Wahai Kekasih Tuhan
Pelindung anak yatim dan dhu’afa
Setelah menguncur air mata langit
Bebukitan, hutan, & burung & seluruh bumi menangis


Duhai junjunganku,
Untukmu menangis tiang-tiang Ka’bah
Bukit-bukit &lembah Makkah
Telah menangisimu mihrab
Tempat belajar Al-Qur’an di kala pagi & senja
Telah mengangisimu Islam
Sehingga Islam kini terasing di tengah manusia
Sekiranya kau ihat mimbar yang pernah kau duduki
Akan kau lihat kegelapan setelah cahaya